SELAMAT DATANG DI BLOG ASUHAN KEPERAWATAN SEMOGA BERMANFAATKADEK WAHYU ADI PUTRAASUHAN KEPERAWATAN GRATIS

Monday 25 October 2010

ASKEP TONSILITIS

BAB I

A.     PENGERTIAN
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).

Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (
Firman sriyono, 2006, 2006).

B.     ETIOLOGI
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
  1. Pneumococcus
  2. Staphilococcus
  3. Haemalphilus influenza
  4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
  1. Streptococcus B hemoliticus grup A
  2. Streptococcus viridens
  3. Streptococcus pyogenes
  4. Staphilococcus
  5. Pneumococcus
  6. Virus
  7. Adenovirus
  8. ECHO
  9. Virus influenza serta herpes.
C.     PATOFISIOLOGI
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

D.    MANIFESTASI KLINIK
Menurut
Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).

Gejala lain :
  1. Demam
  2. Tidak enak badan
  3. Sakit kepala
  4. Muntah
Menurut Smelizer, Suzanne (2000)
Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.

Menurut Hembing, (2002) :
  1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.
  2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
  3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
E.     KOMPLIKASI
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
  1. Abses pertonsil
    Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
  2. Otitis media akut
    Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
  3. Mastoiditis akut
    Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
  4. Laringitis
  5. Sinusitis
  6. Rhinitis
F.      PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
  1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

  1. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
    • Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
    • Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
    • Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
    • Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

            Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :
  1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
    • Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
    • Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
    • Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
    • Pemberian antipiretik.

  1. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
    • Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
    • Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.

BAB II

 Asuhan Keperawatan Tonsilitis
           Menurut Doengoes (2000: 612-614) asuhan keperawatan pada penyakit
telinga   dan   tenggorokan   meliputi   pengkajian,   diagnosa   keperawatan,
perencanaan atau intervensi, implementasi, evaluasi dan pendokumentasiaan.

1. Pada saat pengkajian didapatkan data yang meliputi keluhan utama seperti
nyeri  menelan,  demam tinggi,  seperti ada halangan di tenggorokan,  dan lain-
lain,   riwayat  penyakit   sekarang  adalah  sudah berapa   lama  klien merasakan
keluhan atau gejala yang timbul  sampai  klien masuk ke rumah sakit, riwayat
penyakit  dahulu adalah adanya   riwayat  penyakit   tonsilitis,   riwayat  penyakit keluarga adalah adanya riwayat  penyakit keturunan,  pemeriksaan fisik adalah
fokus pada telinga, hidung, tenggorokan, makanan atau cairan adalah kesulitan
menelan dan kerusakan membran mukosa,  nyeri   sampai  ketelinga,  meringis
dan gelisah,   integritas  ego adalah perasaan akan  takut  mati,  adanya  asietas,
penyuluhan   dan   pembelajaran   adalah   baru  menjalani   operasi   atau   prosedur
invasif dan penggunaan antibiotic

2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul:
     Menurut   Carpenito,   Lynda.   J(2001:   507)  Diagnosa   keperawatan
yang sering muncul pada pasien dengan tonsilitis:
a).  Risiko  terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
ketidak adekuatan masukan cairan sekunder akibat nyeri.
b).    Risiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik
yang      berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi
pengobatan, kebutuhan nutrisi cairan, tanda-tanda dan gejalakomplikasi.
  c).  Risiko  terhadap perubahan nutrisi  kurang dari  kebutuhan  tubuh yang
berhubungan   dengan   penurunan   masukan   sekunder   akibat   nyeri   saat
menelan.

No.
Diagnosa
Intervensi
Rasional

Risiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan ketidak adekuatan masukan cairan sekunder akibat
nyeri.
1.Kaji status hidrasi.
2.Pantau tanda-tanda vital.
3.Pertahankan cairan
parentaral dengan
elektrolit, antibiotik dan vitamin.
4. Timbang berat badan tiap hari.
1.Untuk mengevaluasi
dehidrasi, menentukan
intervensi dan menentukan efektifitas terapi.
2. Untuk mengetahui tingkat perkembangan
klien.
3.Kebutuhan cairan
dan elekrolit adekuat.
4. Memberikan
informasi sehubungan
dengan kebutuhan
nutrisi.
2.
Risiko terhadap ketidak
efektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang
kondisi pengobatan,
kebutuhan nutrisi cairan,
tanda-tanda dan gejala
komplikasi.
1.Jelaskan tentang
prosedur penyakit.
2.Jelaskan tentang
pencegahan.
3.Jelaskan tentang
pengobatan.
1. Informasi yang
diberikan secara tepat
memudahkan klien
mengerti tentang
proses penyakit.
2. Informasi yang diberikan secara tepat
memudahkan klien
mengerti tentang
pencegahan.
3. Informasi yang
diberikan secara tepat
memudahkan klien
mengerti tentang
pengobatan.
3.
Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan masukan sekunder akibat nyeri saat menelan.
1. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
2. Hidangkan makanan
selagi hangat.
3. Amati masukan
makanan dan tibang
berat badan setiap hari.
1. Sedikit-sedikit tapi sering akan toleran
terhadap lambung.
2. Meningkatkan
nafsu makan.
3. Memberikan
informasi sehubungan
dengan kebutuhan
nutrisi.



 Evaluasi
          Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan
post operasi tonsilektomi adalah nyeri berkurang atau hilang, kekurangan volume
cairan   atau   hidrasi   tidak   terjadi,   klien  mengerti   tentang   penyakit,   prosedur
pengobatan, tanda dan gejala.   

No comments:

Post a Comment