ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
MENINGITIS
Pengertian
Meningitis bakterial
adalah suatu keadaan dimana meningens atau selaput dari otak mengalami
inflamasi oleh karena bakteri (Marilynn E. Doenges, 2000;76).
Etiologi dan karakteristik
Infeksi/ keadaan inflamasi
dari meningens ini lebih sering disebabkan oleh beberapa bakteri berikut,
antara lain; Haemophilus Influenzae
(tipe B), naisseria meningitidis
(meningococus), dan streptokokus (Marilynn
E. Doenges, 2000;76).
Bakterial meningitis
adalah manifestasi yang muncul akibat adanya bakteri yang melakukan invasi
didalam selaput otak. Invasi bakteri ke otak dapat terjadi secara langsung
maupun tak langsung. Invasi bakteri secara tak langsung dapat berupa adanya
pencetus sebelumnya seperti pneumonia, otitis media, sinusitis dimana bakteri
ikut didalam aliran darah dan mencapai selaput otak serta mengadakan invasi.
Invasi bakteri dapat
secara langsung misalnya adanya trauma kepala, luka tembus atau adanya intervensi
operasi sehingga bakteri dapat langsung mengenai selaput otak.
Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya
dimanifestasikan dalam bentuk adanya infeksi general pada umumnya seperti
demam, mungkin juga didapati adanya sakit kepala yang hebat, photophobia, kaku
kuduk, didapatinya tanda kernig dan tanda brudzinski
Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran
yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1.
Perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2.
Rangsangan
yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
3.
Perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada
keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (data Subyektif)
a.
Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui
status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, alamat. kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan
bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera
sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
b.
Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah
muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi),
gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
c.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita
mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami
kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada
riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
d.
Riwayat
Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu
sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit
panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil,
penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan
apakah sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante
partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas,
diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
e.
Riwayat
Imunisasi
Jenis
imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah
panas yang dapat menimbulkan kejang.
f.
Riwayat
Perkembangan
Ditanyakan
kemampuan perkembangan meliputi :
Personal
sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan
motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya
menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan
motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa :
kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
g.
Riwayat
kesehatan keluarga.
Adakah
anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam
mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit
syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya
kejang demam.
h.
Riwayat
sosial
Untuk
mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh
mengasuh anak ?
Bagaimana
hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
i.
Pola
kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan
keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola
kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola
nutrisi
Untuk
mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan
kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
Pola
Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara
makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak
? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
Pola
aktivitas dan latihan
Apakah
anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ? Berkumpul dengan
keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?
Pola
tidur/istirahat
Berapa
jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ?
Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2 Data Obyektif
a.
Pemeriksaan
Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat
kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b.
Pemeriksaan
Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro
atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan
tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan
ubun-ubun besar menutup atau belum ?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan,
distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi
protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis
menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis
atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus
sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang
terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan.
Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga,
kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan
nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan
cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar sekret,
bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
Mulut
Adakah tanda-tanda
sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa
jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah
tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah
tanda-tanda infeksi faring, cairan eks
Leher
Adakah
tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat
?
Adakah
tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati
bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman,
adakah retraksi
Intercostale ? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan
frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi
atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen
serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus
? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit
baik kebersihan maupun warnanya? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema,
atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah
akral ?
Genetalia
Adakah
kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
3. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat,
pemeriksaannya meliputi :
a.
Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang (N < 200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan
elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00
meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144
meq/dl )
b.
Cairan Cerebo
Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
c.
Skull Ray : Untuk
mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
d.
Tansiluminasi
: Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2
tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
e.
EEG : Teknik
untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk
mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
f. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik
hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
2.3.2 Analisa Data
Analisa data merupakan
proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola
data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang
disebut diagnosa keperawatan.
Tabel.1
Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam
NO
|
Pengelompokan Data
|
Kemungkinan Penyebab
|
Masalah
|
1
2
3
4
|
-
Suhu Tubuh > Normal
t. 36,5 – 37,5 ºC (bayi)
t. 36
- 37,5 ºC(anak)
-
Denyut nadi lebih cepat
N 110-120x/menit (bayi)
N 100-110x/menit (1 th )
N
80- 90x/menit (5-12th)
-
Adanya riwayat kejang
demam
-
Kulit teraba panas
-
Frekwensi pernafasan me-
ningkat
R.R 30-40x/menit (bayi)
R.R 24-28x/menit (anak )
-
Capek
-
Kelelahan
-
Nyeri otot
-
Penurunan kesadaran
-
Riwayat kejang demam
-
Hasil laboratorium glukosa darah abnormal (< 80 gr)
-
Elektrolit abnormal
Na :
N 135 –144 meq/dl
K
: N 3,80-5,00 meq/dl
-
Suhu tubuh abnormal
> 37,5º C
-
Kulit terasa panas
-
Denyut nadi meningkat
- Riwayat infeksi pernafa-san atas, ostitis media
akut, pneumonia, saluran kencing, pencernaan.
- Anak gelisah dan tidur terganggu
-
Keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya, pengobatan dan
perawatannya
|
Hipertemia
↓
Gangguan
metabolisme otak
↓
Perubahan
keseimbangan dan sel netron
↓
Difusi
ion kalium dan
natrium
↓
Lepas
muatan listrik
↓
Kejang
(M.E. Sumijati, 2000;103)
Kejang
↓
Berkurangnya
koordinasi otot
↓
trauma
fisik
(ME. Sumijati, 2000;103)
Kuman
penyakit
↓
infeksi
↓
Thermoregulasi
(Hipothalamus)
tak
efektif
↓
hipertermi
Kurangnya atau keterbatasan informasi
↓
sering
bertanya
(Ngastiyah,
1997:230)
|
Resiko
kejang berulang
Resiko
trauma fisik
Gangguan
rasa nyaman
Kurangnya
pengetahuan keluarga
|
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah :
- Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.
- Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai : Suhu meningkat dan Anak tampak rewel
- Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang
akan dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan
kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan
keperawatan.
a. Diagnosa
Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama
berhubungan dengan hiperthermi
Kriteria
hasil :
1.
Tidak terjadi
serangan kejang ulang.
2.
Suhu 36,5 –
37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
3.
Nadi 110 –
120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
4.
Respirasi 30
– 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
5.
Kesadaran
composmentis
Rencana Tindakan :
1.
Longgarkan
pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2.
Berikan
kompres dingin
Rasional : perpindahan
panas secara konduksi
3.
Berikan
ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : saat
demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4.
Observasi
kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan
yang akan dilakukan.
5.
Batasi
aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan
meningkatkan panas.
6.
Berikan anti
piretika dan pengobatan sesuai advis.
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan
sebagai propilaksis
b. Diagnosa
Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot.
Tujuan : Tidak
terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria
Hasil :
1.
Tidak terjadi
trauma fisik selama perawatan.
2.
Mempertahankan
tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3.
Mengidentifikasi
tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
Rencana Tindakan :
1.
Beri pengaman
pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
2.
Tinggalah
bersama klien selama fase kejang..
Rasional :
meningkatkan keamanan klien.
3.
Berikan
tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
4.
Letakkan
klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas
ketika kontrol otot volunter berkurang.
5.
Catat tipe
kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu
menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
6.
Catat
tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
c. Diagnosa
Keperawatan / Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan : Rasa
nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
Rencana Tindakan :
1.
Kaji faktor –
faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional : mengetahui
penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh.
2.
Observasi
tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Pemantauan
tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang
selanjutnya.
3.
Pertahankan
suhu tubuh normal
Rasional : suhu
tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban
tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
4.
Ajarkan pada
keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
Rasional : proses
konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
5.
Anjurkan
untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional : proses
hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap
keringat.
6.
Atur
sirkulasi udara ruangan.
Rasional : Penyediaan udara bersih.
7.
Beri ekstra
cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional : Kebutuhan
cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
8.
Batasi
aktivitas fisik
Rasional : aktivitas
meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
d. Diagnosa
Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan
informasi.
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang
penyakit anaknya.
Kriteria hasil :
1.
Keluarga
tidak sering bertanya tentang penyakit
anaknya.
2.
Keluarga
mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3.
keluarga
mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
1.
Kaji tingkat
pengetahuan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
2.
Beri
penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat
membantu menambah wawasan keluarga
3.
Jelaskan
setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap
tindakan perawatan
4.
Berikan
Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam,
antara lain :
- Jangan panik saat kejang
- Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
- Kepala dimiringkan.
- Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
- Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
- Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
- Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Rasional : sebagai upaya alih informasi dan
mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
5.
Berikan
Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan
serangan kejang ulang.
6.
Jika anak
sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang
atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan
suhu.
Rasional : sebagai
upaya preventif serangan ulang
7.
Beritahukan
keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.
Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas
yang dapat menyebabkan kejang demam
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan
kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
5.
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan
menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila
perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
LAPORAN KASUS
A.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh Arif Muttaqin pada tanggal 14
April 2003 jam 11.00 WIB.
1.
Biodata/Identifitas
Nama anak : An “L”
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Nomor
Register : 10261115
Lahir : Normal
(Spontan B)
Tempat/tanggal
lahir : Surabaya, 3 Januari 2003
Diagnosa
Medis : Meningtis
Tanggal MRS : 13
April 2003 jam 23.30 WIB
Nama Ibu : Ny. “H”
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Penghasilan : -
Alamat : Pucang Jajar 42 Surabaya
Nama Ayah : Tn. “B”
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pucang Jajar 42 Surabaya
2.
Riwayat
Penyakit Sekarang
1.
Keluhan utama
: Kejang
2.
Perjalanan
penyakit sekarang
Tanggal
7-9-2001 jam 14.30 WIB Anak mulai panas lalu diberi obat penurun panas (Sirup
Salmol) 1 kali dan dikompres, disertai batuk dan pilek. Tetapi panas tidak
turun. Muntah sebanyak 2 kali yaitu jam 23.30 WIB dan 01.30 WIB sebanyak ± 2-3
sendok makan dengan berisi makanan. Lalu kejang terjadi pada jam 02.30 WIB
sebanyak 1 kali, lamanya ± 5-10 menit, tidak mengeluarkan busa dari mulut.
Keadaan saat kejang adalah mata melirik ke atas, kedua tangan fleksi, dan kedua
kaki kaku (ekstensi). Setelah kejang terjadi anak langsung menangis. Batuk
tidak mengeluarkan dahak, suara grok-grok, konsistensi pilek agak kental,
jernih, dan keluar kadang-kadang, tetapi tidak sesak.
3.
Penyakit
Riwayat Dahulu
Sebelumnya
anak tidak pernah menderita/mengalami kejang, epilepsi, trauma kepala, radang
selaput otak, ostitis media akut. Penyakit yang pernah diderita anak yaitu
panas, batuk, pilek tetapi jarang terjadi.
4.
Riwayat
Kehamilan dan Persalinan
1. Prenatal : selama hamil sehat tidak ada kelainan seperti
pendarahan dan sakit panas, Ibu hanya minum obat yang diberikan bidan. Ibu
tidak minum jamu.
2. Natal : melahirkan usia kehamilan 9 bulan, spontan,
tidak ada kelainan, anak langsung menangis keras, BB : 3300 gr PB : 48cm.
3. Post Natal : bayi
sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas hari ke 7.
4.
Riwayat
Imunisasi
Ibu
mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap.
Reaksi
setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang, sembuh dengan
meminum obat yang diberikan petugas kesehatan.
5.
Riwayat Perkembangan
Anak
1.
Riwayat
personal sosial :
Anak mudah
beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih ngompol dan belum bisa
memberi tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.
2.
Gerakan
motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan menarik kursi, dapat
mengerjakan perintah secara sederhana.
3.
Gerakan
motorik halus : anak bisa memegang pensil dan mencoret-coret.
4.
Bahasa : anak
sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama, papa, memanggil kakaknya
(Iza), dan memanggil binatang peliharaan (anjing), minum, dll.
Kesimpulan :
Tidak ada kelainan dalam perkembangan.
6.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ayah : tidak ada keluarga yang menderita penyakit
epilepsi, kelainan syaraf, penyakit menular ataupun menurun dari ayah.
Ibu : ibu menderita hipotensi. Orang tua perempuan
ibu menderita penyakit diabetes mellitus sejak tahun 1992, dari keluarga ibu
tidak ada yang menderita kelainan syaraf, epilepsi.
Anak : kakaknya menderita sakit batuk dan pilek
selama satu minggu
2.
Riwayat
Sosial
1.
Yang mengasuh
ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun orang lain.
2.
Hubungan
dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja dengan ibunya.
Biasanya anak bermain bersama kakak apabila ditinggal ibu memasak, mencuci, dan
membersihkan rumah. Kakaknya berusia 9 tahun, sudah kelas 4 SD.
3.
Hubungan
dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah bersama ibunya.
Kadang-kadang anak bermain dengan teman sebayanya yang dekat dengan rumahnya.
4.
Pembawaan
secara umum
Anak tampak
gelisah dan rewel, kadang-kadang menangis minta digendong, anak sangat manja
kepada ibunya.
Pola Kebiasaan dan Fungsi
1.
Pola persepsi
dan tatalaksanaan hidup sehat
Sebelum sakit : mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu,
ganti celana setiap ngompol, baju ganti tiap pagi dan sore.
Setelah sakit : mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas,
ganti baju tiap pagi dan sore dan celana
ganti tiap ngompol.
Keluarga
sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada keluarga yang
kejang. Keluarga tidak tahu cara pencegahan dan pertolongan kejang. Kalau anak
sakit biasanya dibawa ke dokter atau rumah sakit bila setelah diberi obat
paracetamol atau bodrexin tidak sembuh. Anak bila sakit rewel, sering minta
digendong. Anak tampak takut bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan
perawatan/ tindakan medik.
2.
Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu
mangkuk kecil habis, tidak ada pantangan dalam makanan, komposisinya nasi tim
dan lauknya bervariasi tiap hari yaitu tahu, tempe, ikan laut, telur dan daging
kadang-kadang dengan ukuran 1 satu porsi sebesar korek api. Sayurnya seperti
bayam, sup, soto, dan lain-lain.
Minum : air putih ± 3 – 5 gelas (ukuran 100
cc), anak masih menetek.
Selama sakit : sehari makan 3 kali/hari, porsi yang
disediakan rumah sakit dimakan separuh. Komposisinya nasi tim, lauk, sayur, dan
buah. Anak lebih sering menetek. Minum air putih ± 4 – 6 kali/100 cc, pasi (SGM
2) baru diberikan 2 sendok lalu dimuntahkan.
3.
Pola
Eliminasi
Sebelum sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri
tidak ada. BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek, warna kuning.
Selama sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning,
nyeri tidak ada. BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna kuning.
4.
Pola
Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Bermain bersama kakaknya ± 4 – 5 jam
sehari, waktu terbanyak bersama ibu. Bersama ayah kadang–kadang, antara 3 – 4
jam. Biasanya anak juga bermain sendiri sambil melihat TV atau mendengarkan
musik sambil menari.
Selama sakit : aktivitas anak menjadi menurun karena
terpasang infus di tangan kiri, anak sering minta digendong ibu.
5.
Pola Tidur
dan Istirahat
Sebelum sakit : tidur malam antara jam 20.00 – 05.00 WIB,
siang tidur antara jam 12.00 – 15.00 WIB, terbangun bila ngompol.
Selama sakit : pada siang hari tidurnya sulit ± ½ - 1
jam, tidurnya sering terbangun dan rewel minta digendong. Pada malam hari
tidurnya jam 01.00 – 04.00 WIB, anak rewel dan tidurnya sering terjaga.
Pemeriksaan
Umum
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan darah : -
Nadi : 132 kali/menit
Respirasi : 30 kali/menit
Suhu : 38,2 ºC
4. BB / TB : 9 kg / 77 cm
Status gizi : 2n + 8
2(1,5) + 8 =
11 kg
9/11 x 100 %
= 81,8 % (gizi kurang)
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Kepala
Tak ada tanda – tanda mikrochepali ataupun
makrochepali, lingkar kepala 46 cm, ubun – ubun besar menutup, bentuk kepala
normal.
2. Rambut
Warna pirang, rambut tidak mudah dicabut, ketebalan
rambut cukup, tidak terdapat kutu.
3. Muka / wajah
Tidak ada rhisus sardonicus, simetris, tidak terdapat
oedema, wajah tidak tampak pucat.
4. Mata
Ketajaman penglihatan baik, palpebra simetris, tak ada
midriasis atau miosis, sklera tidak
ikterus, konjungtiva tak anemis, pergerakan normal, tak ada strabismus.
5. Hidung
Bentuk
normal, tidak terdapat
epistaksis, nampak keluar
sekret berwarna kental dan
jumlahnya sedikit, tidak
ada polip, tidak
ada pernapasan cuping hidung.
6. Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak
tampak keluar cairan.
7. Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah,
tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat stomatis, tak ada strismus, bibir
tampak kering dan pecah-pecah
8. Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran,
faring tampak kemerahan, tak ada eksudat.
9. Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis, tak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
10. Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada
refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak ada wheezing, pernaasan cepat
dan iramanya teratur.
11. Jantung
Detak jantung normal dan frekwensinya teratur
12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien
dan hepar normal, tidak teraba benjolan / tumor, gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak
ada oedem, kulit teraba panas.
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas: tak ada
oedem, pergerakan normal, pada tangan kiri terpasang infus sejak 8 september
2001, tak ada tanda – tanda flebitis, akral hangat, lila = 14 cm.
Ekstrimitas bawah: tak
ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.
15. Genetalia
Vulva : kebersihan cukup, tidak tampak
keluar sekret, tidak ada oedema maupun iritasi.
Anus : kebersihan cukup, haemorroid
tidak tampak.
Pemeriksaan Penunjang
Data Laboratorium
Laboratorium 8 – 9 2001 jam 03.30
Pemeriksaan
darah
HB : 12,00 gr % (P 11,4 – 15,1)
Leukosyt : 19 x 109/L (P 4,3 – 11,3)
Trombosyt : 173 x 109/L (150 – 350)
PCV : 0,35 (P 0,38 – 0,42)
Glukosa darah acak : 288 mq/dl (< 200)
Elektrolit : Kalium = 3,60 meq/L (3,8 - 5)
Natrium = 133 meq/L (135 - 144)
LP (lumbal pungsi) : Keluarga menolak walaupun sudah diberikan penjelasan tujuan dan prosedurnya.
Data Lain
Therapi yang diberikan :
8-9-2001 : Ampicilin 3x300 mg IV
Paracetamol
3x100 mg P.O
Diazepam
2,7 mg IV (bila kejang)
Infus
D5 ¼ S 500 cc/24 jam.
2. Analisa dan Sintesa
Data
Tabel Analisa dan Sintesa Data
No
|
Pengelompokan data |
Kemungkinan Penyebab |
Diagnosa/masalah
|
1
|
Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB
S : Ibu
mengatakan bahwa anaknya masih panas dan rewel minta menetek terus, sebelumnya
anak tidak pernah sakit kejang.
O : keadaan composmentis
Tanda vital :
S : 38,2oC
N : 132x/mnt
RR : 30x/mnt
Kulit terasa panas, akral hangat, anak tampak rewel
dan sedang menetek. Bibir tampak kering dan pecah-pecah , turgor kulit cukup.
Pemeriksaan laboratorium: Hb : 12 gr %
(N : 11,4-15,1)
Leucocyt : 9x109/L
(N : 4,3-11,3)
Trombocyt : 173x109/L
(N : 150-350)
PCV : 0,35
(N : 0,38-0,42)
Glukosa darah acak :
288 mq/dl
(N kurang dari 200)
Elektrolit :
- Kalium : 3,6
meq/L (N : 3,8-5)
- Natrium : 133 meq/L (N : 135-144)
|
Hipertermia
¯
gangguan metabolisme otak
¯
Perubahan keseimbangan dari sel neuron
¯
difusi ion kalium dan natrium
¯
Lepas muatan listrik
¯
kejang
|
Potensial kejang ulang
|
2
|
Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB
S : Ibu
mengatakan porsi dari rumah sakit dihabiskan separuh, pasi (SGM 2) baru
diberikan 2 sendok, lalu dimuntahkan, anak sering menetek, dan minum air
putih + 4 - 6x/100cc
O : turgor
kulit cukup, wajah dan telapak tangan tidak pucat. Konjungtiva tidak anemis.
BB : 9 kg (N : 11 kg)
Status gizi kurang
Lila : 14 cm
|
Proses penyakit
(faringitis)
¯
kesulitan dalam menelan
¯
asupan nutrisi berkurang
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
|
3
|
Tanggal 8-9-2001 jam 11.00 WIB
S . Ibu
bertanya mengapa bisa terjadi kejang padahal sebelumnya anak tidak pernah kejang
dan panasnya belum turun setelah diberi obat penurun panas.
O : Ibu
tampak khawatir dengan keadaan anaknya. Ibu sering bertanya tentang keadan
anaknya dan setiap tindakan yang akan dilakukan.
|
Kurangnya atau keterbatasan informasi
¯
sering bertanya
|
Kurangnya pengetahuan
|
3. Diagnosa Keperawatan
Dari analisa dan sintesa data
di atas maka dapat diambil diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1.
Potensial
terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi
2.
Gangguan
pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan yang ditandai dengan
porsi makan tidak dihabiskan, BB kurang dari normal, anak tidak mau PASI.
3.
Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai dengan
keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.
3.4 Perencanaan
Tabel 3.1 Perencanaan
Pada Kasus Kejang Demam
No.
|
Rencana |
Rasional |
1
2
|
Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB
Diagnosa / masalah : potensial kejang berulang berhubungan
dengan hiperthermi
Tujuan : kejang ulang tidak terjadi dalam waktu 2x24 jam
Kriteria :
-
Tidak terjadi serangan ulang
-
Suhu tubuh normal (36-37,5oC)
-
Nadi (100-110 x /mnt)
-
RR (24-28 x /mnt)
-
Kesadaran composmentis
Rencana :
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat
2. Berikan kompres dingin pada kepala dan ketiak
3. Berikan ekstra cairan (pasi, asi, sari buah, dan lain-lain)
Cairan: 1150–1300 cc/24 Jam
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
5. Batasi aktivitas selama anak panas
6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advise dokter
-
Valium 2,7 mg IV (bila kejang)
-
Ampicillin 3 x 300 mgIV
-
Paracetamol 3 x 100 mg (per oral)
7. Berikan health education kepada keluarga tentangpersonal hygene: membersihkan daerah bibir dengan air hangat 2 x/hari dan mengolesi bibir dengan maduTanggal 8-9-2001 jam 11.10 WIB
Diagnosa / masalah :
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
Tujuan : nutrisi terpenuhi dalam 2x24 jam
Kriteria :
-
porsi makan yang disediakan
dihabiskan
-
anak mau minum pasi
-
BB anak meningkat
-
turgor kulit baik, konjungtiva
tidak anemis
Rencana :
1. Beri penjelasan pada keluarga tentang penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi, pentingmya nutrisi bagi tubuh dan cara mengatasinya
2. Berikan health educational kepada keluarga tentang :
-
berikan makanan pada anak
dengan porsi kecil dan frekuensinya sering
-
berikan pasi ditambah dengan
madu secara bertahap
3. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit :
TKTP 900 kalori, 20 gr protein
PASI 6 x 100 cc
4. Observasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap
hari
|
1. Proses konveksi akan terhaalang oleh pakaian ketat dan tidak
menyerap keringat
2. Perpindahan panas secara konduksi
3. Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh semakin meningkat
4. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya
5. Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan
suhu tubuh
6. Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
7. Menjaga kebersihan dan kelembaban bibir
1. Dengan pemberian penjelasan keluarga diharapkan mengerti, dan
dapat mendukung program perawatan yang diberikan
2. Untuk mengurangi nyeri saat menelan dan untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi
3. Sebagai fungsi dependen perawat/bidan dengan ahli lain.
4. Mengetahui keseimbangan jumlah nutrisi tubuh.
5. deteksi perubahan BB sebagai evaluasi pemberian diit
|
3
|
Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB
Masalah
: kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan
keterbatasan informasi
Tujuan
: pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya dalam 24 jam
Kriteria
:
-
keluarga tidak sering
bertanya tentang penyakit anaknya
-
keluarga mampu
diikutsertakan dalam proses perawatan
-
keluarga mentaati setiap
proses perawatan
Rencana
:
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Beri penjelasan tentang penyakit yang diderita anak dan semua
prosedur perawatan yang akan dilakukan
3. Berikan health education cara menolong anak kejang dan mencegah
kejang :
-
jangan panik saat kejang
-
baringkan anak di tempat
rata dan lembut
-
kepala dimiringkan
-
pasang gagang sendok di
mulut yang telah dibungkus kain bersih
-
setelah kejang berhenti dan
anak sadar segera minumkan obat dan tunggu sampai keadaan tenang
-
jika suhu tinggi, lakukan
kompres dingin dan beri minum banyak
-
segera bawa ke RS bila
kejang lama
4. Berikan helath education agar selalu sedia obat penurun panas
(sesuai dengan anjuran dokter) bila anak panas segera bawa RS bila suhu belum
turun 24 jam berikutnya
5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari penderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu
6. Beritahu keluarga agar memberikan informasi pada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah mendapat serangan kejang sehingga pemberian
imunisasi DPT tidak diberikan pertusis, hanya DT saja
|
1.
Mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat
2.
Agar keluarga dapat menerima
informasi dengan mudah dan tepat sehingga tidak timbul kesalahpahaman
sehingga keluarga lebih kooperatif
3.
Sebagai upaya alih informasi
dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan
4.
Mencegah peningkatan suhu
lebih tinggi dan serangan kejang ulang
5.
Sebagai upaya preventif
serangan kejang ulang
6.
Imunisasi pertusis
memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang ulang
|
|
|
|
Pelaksanaan |
||
Tanggal 8-9-2001
Jam
11.30 WIB
Jam
11.31 WIB
Jam
11.32 WIB
Jam
11.35 WIB
Jam
11.40 WIB
Jam
07.00 WIB
Jam
15.00 WIB
Jam
23.00 WIB
Jam
11.50 WIB
Tanggal 8-9-2001Jam 11.45 WIB
Jam
11.50 WIB
Jam
11.52 WIB
Jam
12.00 WIB
Jam
11.55 WIB
|
Diagnosa
: potensial terjadi kejang ulang berhubungan
dengan hiperthermi
1.
Melonggarkan pakaian,
berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
2.
Memberikan kompres dingin
pada kepala dan ketiak
3.
Memberikan ekstra cairan :
infus : D5 ¼S . 500 cc/24 jam,ASI
minum pasi : anak menolak (dimuntahkan)
4.
Mengobservasi kejang dan
tanda vital tiap 4 jam
N : 132x/mnt
RR : 30x/mnt
Taxila : 38,2oC
5.
Membatasi aktivitas selama
anak panas. Terapi : bed rest
6.
Memberikan antipiretika dan
pengobatan sesuai advise :
Terapi :
-
Valium 2,7 mg IV (bila
kejang)
-
Ampicillin 3x300 mgIV
-
Paracetamol 3x100 mg (per
oral)
7.
Memberikan health education
kepada keluarga tentang personal hygiene : membersihkan daerah bibir dengan
air hangat 2 x/hari, dan mengolesi bibir dengan madu
Diagnosa/masalah : ganggguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
1.
Memberikan penjelasan pada
keluarga tentang penyebab gangguan pemenuhan nutrisi, pentingnya nutrisi bagi
tubuh dan cara mengatasinya
2.
Memberikan health education
kepada keluarga tentang :
-
Berikan makanan kepada anak
dengan porsi kecil dan frekuensinya sering
-
Berikan pasi ditambah dengan
madu secara bertahap
3.
Melakukan kolaborasi dengan
tim gizi untuk pemberian diit.
TKTP : 900 kalori, 20 gr protein
PASI : 6 x 100 cc/24 jam
4.
Mengobservasi intake dan
output.
PASI : diberi 2-3 sendok lalu dimuntahkan
5.
Melakukan penimbangan BB
tiap hari
BB : 9 kg
|
||||
Tanggal
8 September 2001
Jam
11.55 WIB
Jam
12.00 WIB
Jam
12.05 WIB
Jam
12.10 WIB
Jam
12.15 WIB
Jam
12.20 WIB
|
Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
berhubungan dengan keterbatasan informasi.
1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga.
2. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang
diderita anak dan semua prosedur perawatan yang akan dilakukan
3. Memberikan health education cara menolong anak
kejang dan mencegah kejang :
1. Jangan panik saat kejang
2. Baringkan anak di tempat rata dan lembut.
3. Kepala dimiringkan.
4. Pasang batang sendok di mulut yang telah
dibungkus kain bersih.
5. Setelah kejang berhenti dan anak sadar segera
minumkan obat dan tunggu sampai keadaan tenang.
6. Jika suhu tinggi, lakukan kompres dingin dan beri
minum banyak.
7. Segera bawa ke RS bila anak kejang.
4. Memberikan health education agar selalu sedia
obat penurun panas (sesuai dengan advis) bila anak panas, segera bawa ke RS
bila suhu belum turun 24 jam berikutnya.
5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak terkena
penyakit infeksi dengan menghindari penderita penyakit menular sehingga tidak
mencetuskan kenaikan suhu.
6. Memberitahukan keluarga agar memberikan informasi pada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah mendapat kejang sehingga pemberian imunisasi
DPT tidak diberikan pertusis, hanya DT saja.
|
3.6 Evaluasi dan Catatatan Perkembangan
1.
Diagnosa /
masalah : potensial terjadi kejang berulang berhubungan dengan hiperthermi
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang dan
badannya masih panas, anak masih rewel, ibu sudah membersihkan bibir anaknya
dan mengolesi dengan madu.
O : Kejang ulang tidak terjadi, badan teraba panas akral hangat, turgor
kulit baik, anak tampak rewel, kelembaban bibir cukup, bibir tampak bersih.
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 38oC N : 128
x/mnt RR : 28 x/mnt
A : Tujuan belum berhasil
P : Rencana dipertahankan
1.
Longgarkan
pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
2.
Berikan
kompres dingin pada kepala dan ketiak
3.
Berikan
ekstra cairan
Infus : D5 ¼ S 500cc / 24 jam, ASI, PASI : 6 x 100cc
4.
Observasi
tanda-tanda vital tiap 4 jam
5.
Batasi
aktivitas selama anak panas
6.
Berikan
pengobatan sesuai dengan advis dokter.
Terapi : Valium 2,7 mgIV (bila
kejang)
Ampicilin 3 x 300 mgIV
Paracetamol 3 x 100 mg per oral
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang, badannya
tidak panas lagi, anak tidak rewel dan bisa tidur nyenyak, anak kembali ceria
lagi.
O : Kejang ulang tidak terjadi kulit tidak teraba panas, turgor kulit
baik anak tampak ceria, infus dilepas sejak jam 09.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 37,2oC N : 100
x/mnt RR : 25 x/mnt
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
2.
Diagnosa /
masalah : gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 10.00 WIB
S : Ibu mengatakan porsi makan yang disediakan dimakan separuh, anak
mau minum PASI ± 2 - 3 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor kulit baik, akral
tidak pucat, konjungtiva tidak anemi, PASI yang diberikan diminum ± 2 – 3 x 100cc
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.10 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis,, PASI yang
diberikan diminum 5 – 6 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor lebih baik, akral
tidak pucat, conjungtiva tidak
anemis, anak masih menetek, anak tampak ceria kembali
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Catatan Perkembangan
Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang
disediakan habis PASI yang diberikan diminum 5 – 6 x 100 cc.
O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak
anemis, anak masih menetek, anak tampak ceria dan bisa diajak bercanda
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana hari ini pulang
3.
Diagnosa /
masalah : kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan
keterbatasan informasi
Evaluasi
Tanggal
8-9-2001 jam 12.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah
mengerti tentang penyakit anaknya dan cara pencegahannya.
O : Ibu / keluarga dapat
mengulang kembali penjelasan yang diberikan
Keluarga mau dan mampu
diikutsertakan dalam proses perawatan,
Keluarga tidak sering
bertanya lagi tentang penyakit anaknya,
Keluarga mentaati setiap
proses perawatan
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999,
Rencana Asuhan Keperawatan,
Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
No comments:
Post a Comment