KANKER OTAK
PENDAHULUAN
Kanker
otak atau tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial dan
menepati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor ini selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa
yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk kedalam jaringan.
Tumor
otak ini dapat terjadi pada semua kelompok rasial dan prevalensi yang sama.
Insiden tertinggi pada tumor otak terjadi pada decade kelima, enam dan ketujuh
dengan tinggi insidens terjadi pada pria. Terpajan zat kimia tertentu yang
meliputi akrionitril, tinta, pelarut dan minyak pelumas mungkin meningkatkan
resiko, tetapi ini belum dapat dipastikan. Kemungkinan ini juga ada pengaruh
genetic, yaitu keluarga dengan penyakit Von Hippel-Lindau, sclerosis
tuberculosis dan neofibromatosis mempunyai peningkatan insiden terjadinya tumor
otak.
Tumor-tumor otak
dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar yaitu :
·
Tumor yang muncul dari pembungkus otak, seperti
meningioma dura
·
Tumor yang berkembang di dalam atau di atas
saraf kranial seperti neuroma akustik.
·
Tumor yang berasal di dalam jaringan otak
seperti jenis glioma.
Lesi metastatik
yang berasal dari bagian tubuh lainnya.
Pertimbangan
klinis yang relevan terdiri dari lokasi dan karakter histologik tumor. Tumor
mungkin jinak atau maligna. Namun bila tumor jinak di dalam daerah vital, tumor
ini mempunyai efek yang sama seriusnya dengan tumor maligna.
Tumor
otak menyebabkan ganguan neurologist progresif. Ganguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor ganguan fokal disebabkan oleh
tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Ganguan
terjadi apabila terdapat penekanan pada aringan otak dan infiltrasi atau infasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Peningkatan
tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor bertambahnya massa dalam tengkorak
otak, terbentuky edema disekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Kenaikan tekanan intrakranial yang tidak diobati menyebabkan
herniasi unkus da serebelum. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat
peningkatan tekanan intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresip,
hipertensi sistemik dan gangguan pernafasan.
MANIFESTASI KLINIK
Tumor
otak menyebabkan manifestasi klinik terbesar diebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang
menganggu bagian spesifik dari otak. Gejala yang umumnya timbul akibat
peningkatan tekanan intrakranial adalah sakit kepala, muntah dan papiledena.
Nyeri kepala.
Barangkali nyeri
kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita otak. Nyeri
dapat digambarkan bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-kadang
hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada waktu pagi hari dan menjadi lebih
berat oleh aktivitas yang biasanya dapat meningkatkan tekanan intracranial
seperti membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar (bab). Nyeri
kepala yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran
struktur peka nyeri dalam rongga intracranial. Struktur ini termasuk arteri,
vena, sinus-sinus vena dan saraf otak.
Muntah
Muntah terjadi
sebagai akibat rangsangan pada pusat muntah pada medulla oblongata akibat
terjadinya peningkatan TIK. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat
proyektil.
Papiledema
Papiledema
disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla saraf
optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, hal ini mengisyaratkan
peningkatan TIK. Menyertai papiledema dapat terjadi ggn penglihatan, termasuk
pembesaran bintik mata dan amaurosis fugaks (saat dimana penglihatan berkurang)
Gejala
terlokalisasi
Tanda dan gejala
lain dari tumor otak cenderung mempunyai nilai lokasi dimana tumor tersebut
yang dapat mengganggu fungsi dari bagian-bagian tersebut.
Tumor korteks
motorik; menyebabkan gerakan seperti kejang pada satu sisi tubuh yang disebut
kejang jaksonian.
Tumor
lobus oksipital; menimbulkan manifestasi visual , hilangnya pandangan pada
setengah lapangan pandang pada sisi yang berlawanan dengan tumor dan halusinasi
penglihatan.
Tumor
serebelum; menyebabkan pusing, ataksia atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
cenderung jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
Tumor
lobus frontal; sering menyebabkan ggn kepribadian, perubahan status emosional
serta tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri serta menggunakan bahasa
cabul.
Tumor
sudut serebelopontin; biasanya diawali pada saraf akustik dan memberi rangkaian
gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak yaitu :
Tinitus
dan kelihatan vertigo, serta diikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah
terjadinya tuli (ggn fungsi saraf cranial VIII)
Berikutnya
kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dgn saraf cranial V)
Selanjutnya
terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial VII)
Akhirnya karena
pembesaran tumor yang menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
Tumor
intracranial dapat mengakibatkan ggn kepribadian, konfusi ggn fungsi bicara dan
gangguan gaya
berjalan terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah
meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain
Beberapa tumor
tidak selalu mudah ditemukan, karena tumor-tumor tersebut berada pada daerah
tersembunyi dari otak (daerah ang fungsinya tidak dapat ditentukan dgn pasti).
Perkembangan dan gejala menentukan apakah tumor tsb berkembang atau menyebar.
EVALUASI DIAGNOSTIK
Untuk
membantu menenyukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan pengujian
dilakukan. CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran, dan
kepadatan jejas tumor, serta meluasnya edema serebral sekunder. MRI membantu
mendiagnosis tumor potak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang
kecil, alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor
didalam batang otak dan daerah hipofisis. Biopsy stereotaktik bantuan computer
(3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. Angiografi
serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral. EKG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang. Penelitian pada cairan serebrospinal (CHF) dapat dilakukan untuk
mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu
menggusur selsel kedalam cairan serebrospinal.
PENGKAJIAN
Pengkajian
keperawatan berfokus pada :
·
Bagaimana pasien berfungsi, bergerak dan
berjalan
·
Beradaptasi terhadap kelemahan
·
Melihat kehilangan kemampuan bicara dan adanya
kejang
·
Riwayat gizi : Kaji asupan diit, intoleransi
terhadap makanan serta makanan yg disukai
·
Pengukuran antropometrik untuk mengkaji
hilangnya lemak subkutan dan massa
tubuh kering (tanpa lemak)
·
Pengukuran biokimia (albumin, transferin, jumlah
limfosit total, nilai kreatinin dan tes urine) untuk mengkaji keadaan
malnutrisi dan ggn imunitas sel serta keseimbangan elektrolit.
·
Kakeksia (keadaan lemah dan kurus) yang ditandai
dengan anoreksia, nyeri, penurunan BB, ggn metabolisme, kelemahan otot,
malabsorbsi dan diare.
·
Kaji gejala-gejala yang menyebabkan stress pada
pasien
·
Kaji dampak penyakit pasien terhadap keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas b/d diagnosis, prognosisi yang
buruk, kemoterapi dan kemungkinan efek sampingnya.
Tujuan : klien
mengatakan cemas menurun hingga tkt yg dpt diatasi
Intervensi :
·
Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
Rasional: mencegah cemas
·
Lakukan tindakan yang membuat nyaman
Rasional: meningkatkan relaksasi
·
Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap
ekspresi perasaan dan kekuatiran klien
Rasional: menciptakan suasana saling percaya
·
Berikan info nyata ttg penyakit, pengobatan dan
prognosis
Rasional: pengetahuan ttg apa yg diharapkan dapat menurunkan cemas
2. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit
dan pengobatannya
Tujuan : klien
mempunyai pengetahuan yg tepat ttg proses penyakit dan
menggambarkan
program penyakit
Intervensi :
·
Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini ttg
kanker yg dideritanya
Rasional: data akan memberikan dasar untuk penyuluhan
·
Gambarkan proses penyakit sesuai kebutuhan
Rasional: membantu klien dalam memahami proses penyakit
·
Berikan info ttg terapi dan pilihan pengobatan
serta keuntungan dari setiap pilihan
Rasional: membantu klien dalam mmbuat keputusan
pengobatan
3. Risti terhadap cidera b/d kejang
Tujuan : kejang
teratasi tanpa adanya trauma fisik
Intervensi :
·
Arahkan gerakan anggota tubuh dan kepala
Rasional: mencegah trauma
·
Longgarkan pakaian klien
Rasional: mencegah kerusakan atau abrasi pada kulit
·
Pertahankan jalan napas
Rasional: mencegah obstruksi jalan napas
·
Tetap berada bersama klien selama serangan
kejang
Rasional: memberi kenyamanan dan perasaan aman bagi klien
·
Kolaborasi obat-obat anti konvulsan
Rasional: meningkatkan control terhadap kejang
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b/d mual, muntah, dan anoreksia
Tujuan :
Intervensi :
·
Kai masukan makanan serta makanan yang
disediakan
Raional: memberi info harian untuk perencanaan
·
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: mencegah mual dan muntah
·
Anjurkan klien untuk mencoba makanan yang
berbeda jika ada perubahan pada pengecapan
Rasional: kemoterapi dapat menyebabkan perubahan pada pengecapan
5. Intoleran aktivitas b/d kelemahan
Tujuan : klien
mempertahankan tingkat aktivitas optimal dan memaksimalkan
energi dengan
istirahat
Intervensi :
·
Kaji pola istirahat/adanya keletihan pada klien
Rasional: menentukan data dasar untuk membantu pasien dgn keletihan
·
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan
adanya keterbatasan
Rasional: membantu klien dalam koping dengan keletihan
·
Anjurkan klien untuk merencanakan periode
istirahat sesuai kebutuhan sepanjang hari
Rasional: meningkatkan istirahat yang adekuat
·
Anjurkan latihan ringan
Rasional: dapat meningkatkan pola istirahat
6. Risti infeksi b/d imunosupresi
Tujuan :
penurunan potensial thd infeksi
Intervensi :
·
Pantau TTV
Rasional: demam dapat mengidentifikasi adanya inf
·
Kaji kemungkinan adanya kerusakan kulit dan
membran mukosa
Rasional: kulit dan membran mukosa memberi jalan pertama thd masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh
·
Kolaborasi antibiotic, antijamur dan
antimicrobial ssi kebutuhan
Rasional: mencegah dan menangani sumber-sumber infeksi
7. gangguan citra tubuh b/d alopesia (efek
samping kemoterapi)
Tujuan : klien
mengungkapkan pengertian thd efek kemoterapi dan mendiskusikan
tindakan-tindakan untuk meminimalkan dampaknya terhadap gaya hidup.
Intervensi :
·
Kaji dampak alopesia terhadap gaya hidup klien
Rasional: memberikan info untuk menformulasikan asuhan
·
Anjurkan klien untuk mencukur rambutnya
Rasional: meminimalkan syok terhadap alopesia
·
Identifikasi tindakan untuk meminimalkan dampak
alopesia seperti pemakaian wig atau topi dan sebagainya
Rasional: meningkatkan control diri terhadap kehilangan
·
Dorong klien untuk menggunakan rambut palsu
sebelum rambut aslinya tumbuh kembali
Rasional: meningkatkan kepercayaan diri klien dalam berhubungan dgn lingkungan
sosial.
No comments:
Post a Comment