SELAMAT DATANG DI BLOG ASUHAN KEPERAWATAN SEMOGA BERMANFAATKADEK WAHYU ADI PUTRAASUHAN KEPERAWATAN GRATIS

Tuesday 16 October 2012

TRAUMA KEPALA


Trauma Kepala

Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala bisa terjadi pada anak-anak, misalnya terjatuh dari tempat tidur, terpeleset, terjatuh dari pohon maupun tepukul oleh temannya ketika bertengkar. Cedera kepala yang sering terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal  dan lain sebagainya. Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Namun masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang berat.
Definisi
Cedera Kepala adalah setiap trauma pada kepala yang menyebabkan cedera pada kulit kepala, tulang tengkorak maupun otak. Cedera kepala bisa dikelompokkan sebagai cedera kepala tertutup atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada cedera kepala tertutup, kepala menerima suatu dorongan tumpul karena membentur suatu benda. Pada cedera kepala terbuka, suatu benda berkecepatan tinggi menembus tulang tengkorak dan masuk ke dalam otak.
Pada anak-anak, cedera kepala dan komplikasinya merupakan penyebab dari sejumlah besar kematian. Cedera kepala hebat juga bisa menyebabkan kerusakan yang serius pada otak yang sedang berkembang, sehingga mempengaruhi perkembangan fisik, kecerdasan dan emosional anak dan menyebabkan cacat jangka panjang. Cedera kepala paling sering ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 1 tahun dan pada remaja diatas 15 tahun, serta lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Setiap cedera kepala berpotensi menimbulkan akibat yang serius, karena itu setiap anak yang mengalami cedera kepala sebaiknya diperiksa secara seksama.
Klasifikasi Cedera Kepala
Klasifikasi Cedera Kepala didasarkan pada berbagai aspek, namun untuk kepentingan praktis di lapangan dapat digunakan klasifikasi berdasarkan beratnya cedera. Penilaian derajat beratnya cedera kepala dapat dilakukan menggunakan Glasgow Coma Scale, yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi gerakan lengan serta tungkai (motor respons).
Rincian dari Glasgow Coma Scale adalah sebagai berikut :
Respon membuka mata
Nilai
Dapat membuka spontan dengan adanya kedipan
4
Dapat membuka mata dengan suara (dipanggil)
3
Dapat membuka mata bila dirangsang nyeri
2
Tidak dapat membuka mata (tidak ada reaksi) dengan rangsangan apapun
1

Respon bicara (verval)
Nilai
Komunikasi verbal baik, jawaban tepat                                                Kata-kata bermakna, senyum, mengikuti obyek
5
Bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang                           Menangis, tapi bisa diredakan
4
Dengan rangsangan, reaksi hanya kata, tak berbentuk kalimat              Terus menerus rewel
3
Dengan rangsangan, reaksi hanya suara, tak terbentuk kata              Gelisah, teragitasi
2
Tak ada reaksi dengan rangsangan apapun                                              Diam saja
1

Respon motorik
Nilai
Mengikuti perintah
6
Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui tempat rangsangan
5
Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan
4
Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi Fleksi abnormal
3
Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi Ekstensi abnormal
2
Dengan rangsangan nyeri, Tidak ada gerakan
1
Dari 3 aspek yang diperiksa tersebut kemudian digabungkan menjadi satu yang disebut nilai GCS.
Dengan Glasgow Coma Scale (GCS), cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi:
  1. Cedera kepala ringan, bila GCS 13 – 15
  2. Cedera kepala sedang, bila GCS 9 – 12
  3. Cedera kepala berat, bila GCS 3 – 8
Penderita yang sadar baik (compos mentis) dengan reaksi membuka mata spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi baik, mempunyai nilai GCS total sebesar 15. Sedang pada keadaan koma yang dalam, dengan keseluruhan otot-otot ekstremitas flaksid dan tidak ada respons membuka mata sama sekali, nilai GCS-nya adalah 3.
Penyebab
Cedera kepala yang berat biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil dan motor. Cedera kepala yang ringan terutama disebabkan karena anak terjatuh di dalam dan di sekitar rumah.
Gejala
Tanda-tanda dan gejala cedera kepala bisa terjadi segera atau timbul secara bertahap selama beberapa jam. Jika setelah kepalanya terbentur, seorang anak segera kembali bermain atau berlari-lari, maka kemungkinan telah terjadi cedera ringan. Tetapi anak harus tetap diawasi secara ketat selama 24 jam karena gejalanya mungkin saja baru timbul beberapa jam kemudian.
Cedera kepala ringan bisa menyebabkan muntah, pucat, rewel atau anak tampak mengantuk, tanpa disertai penurunan kesadaran maupun tanda-tanda lain dari kerusakan otak.
Jika gejala terus berlanjut sampai lebih dari 6 jam atau jika gejala semakin memburuk, segera dilakukan pemeriksaan lebih jauh untuk mengetahui apakah telah terjadi cedera kepala yang berat.
Gejala berikut menunjukkan adanya cedera kepala serius yang memerlukan penanganan medis segera:
  • penurunan kesadaran
  • perdarahan
  • laju pernafasan menjadi lambat
  • linglung
  • kejang
  • patah tulang tengkorak
  • memar di wajah atau patah tulang wajah
  • keluar cairan dari hidung, mulut atau telinga (baik cairan jernih maupun berwarna kemerahan)
  • sakit kepala (hebat)
  • hipotensi (tekanan darah rendah)
  • tampak sangat mengantuk.
  • rewel
  • penurunan kesadaran
  • perubahan perilaku/kepribadian
Penanganan
Penanganan awal cedera kepala pada dasarnya mempunyai tujuan: (1) Memantau sedini mungkin dan mencegah cedera otak sekunder; (2) Memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit.
Penanganan dimulai sejak di tempat kejadian secara cepat, tepat, dan aman. Pendekatan ‘tunggu dulu’ pada penderita cedera kepala sangat berbahaya, karena diagnosis dan penanganan yang cepat sangatlah penting. Cedera otak sering diperburuk oleh akibat cedera otak sekunder. Penderita cedera kepala dengan hipotensi mempunyai mortalitas dua kali lebih banyak daripada tanpa hipotensi. Adanya hipoksia dan hipotensi akan menyebabkan mortalitas mencapai 75 persen. Oleh karena itu, tindakan awal berupa stabilisasi kardiopulmoner harus dilaksanakan secepatnya.
Cedera kepala pada usia remaja maupun dewasa pada umumnya terjadi di jalan raya karena kecelakaan dalam berkendaraan. Sehingga penanganannya lebih banyak langsung dibawa oleh penolong ke rumah sakit. Lain halnya pada anak-anak yang umumnya cedera kepala terjadi di sekitar rumah, maka pedoman penanganan cedera kepala lebih praktis ditujukan untuk orang tua maupun keluarga.
Panduan untuk orang tua maupun keluarga terhadap kasus cedera kepala khususnya pada anak-anak
Anak-anak seringkali mengalami benturan di kepala dan sulit untuk diketahui apakah hal itu merupakan masalah yang serius atau tidak. Jika anak Anda terbentur di kepala, sebaiknya Anda menemui dokter. Cedera kepala adalah benturan apa pun yang mengenai kepala yang menyebabkan benjol, luka lecet, robekan, atau luka yang lebih parah pada kepala anak. Kebanyakan cedera kepala bukan merupakan hal yang serius dan hanya menimbulkan benjol atau luka lecet. Namun terkadang dapat mengakibatkan kerusakan pada otak.
  1. 1. Cari bantuan medis segera jika :
-          Anak Anda mengalami benturan keras di kepala, seperti jatuh dari ketinggian atau kecelakaan mobil.
-          Anak Anda kehilangan kesadaran.
-          Anak Anda tampak tidak sehat dan muntah beberapa kali setelahnya
Gejala dan Tanda
Gejala trauma kepala digunakan untuk menentukan berat tidaknya trauma tersebut. Trauma kepala dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu trauma kepala ringan, sedang, dan berat.
Trauma kepala berat adalah ketika anak Anda:
  • Tidak sadar lebih dari 30 detik.
  • Mengantuk dan tidak berespon terhadap suara Anda.
  • Memiliki tanda-tanda trauma kepala lain yang signifikan, seperti lebar pupil yang tidak sama, kelemahan lengan dan kaki.
  • Ada sesuatu yang tersangkut di kepalanya.
  • Mengalami kejang kedua selain kejang singkat pertama ketika trauma terjadi.
  • Anda sebaiknya menghubungi ambulans segera jika anak Anda mengalami trauma kepala berat.
Trauma kepala sedang adalah ketika anak Anda:
  • Tidak sadar selama kurang dari 30 detik.
  • Sadar dan berespon terhadap suara Anda.
  • Muntah 2 kali atau lebih.
  • Sakit kepala.
  • Kejang singkat satu kali dapat terjadi langsung setelah trauma .
  • Bisa mengalami luka lecet, benjol, atau luka robek yang besar di kepala.
  1. 2. Anak Anda sebaiknya diawasi dengan ketat di rumah sakit selama paling sedikit 4 jam setelah trauma kepala sedang.
Trauma kepala ringan adalah ketika anak Anda:
  • Tidak kehilangan kesadaran/tidak pingsan.
  • Sadar atau dapat berinteraksi dengan Anda.
  • Mungkin muntah, namun hanya sekali.
  • Bisa terdapat luka lecet atau robek di kepalanya.
  • Selain itu normal.
Tatalaksana untuk trauma kepala ringan
Sebagian besar anak dengan trauma kepala ringan sembuh sepenuhnya. Sebagian besar benturan ringan hanya menyebabkan luka lecet dan nyeri sebentar. Berikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk membantu mengurangi bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih dan tekan selama 5 menit. Luka robek di kepala sering berdarah banyak.
Masalah-masalah yang harus diperhatikan 1-2 hari setelahnya:
Sakit kepala. Anak Anda dapat mengalami sakit kela. Berikan parasetamol tiap 4-6 jam jika diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
Muntah. Anak Anda dapat mengalami muntah sekali, namun jika muntah berkelanjutan, bawalah ke dokter.
Mengantuk. Segera setelah trauma kepala Anak Anda mungkin merasa mengantuk. Anda tidak perlu menjaganya agar tetap bangun bila ia ingin tidur. Jika anak Anda tidur, bangunkan tiap ½-1 jam untuk memeriksa kondisinya dan reaksinya pada hal-hal yang dikenalnya. Anda sebaiknya melakukan ini sampai ia tak lagi mengantuk dan telah terjaga selama beberapa jam. Beberapa pertanyaan yang dapat Anda ajukan:
  • Apakah ia mengetahui namanya?
  • Apakah ia mengetahui nama orang lain yang dikenalnya?
  • Apakah ia mengetahui hari apa hari ini?
  • Atau jika anak Anda masih kecil: apakah reaksinya tampak sesuai? Misalnya mengambil sebuah mainan. Apakah ia tampak interaktif dan tidak terlalu rewel?
Jika Anda mengalami kesulitan membangunkan anak Anda, bawa anak ke gawat darurat terdekat atau hubungi ambulans. Jika perilaku anak Anda sangat berbeda dengan perilaku normalnya atau bila nyeri tidak hilang, pergilah ke dokter.
Follow up
Beberapa masalah yang mungkin timbul akibat cedera kepala bisa sulit untuk dideteksi pada awalnya. Pada beberapa minggu selanjutnya orang tua mungkin melihat adanya:
  • Rewel
  • Mood yang berganti-ganti
  • Kelelahan
  • Masalah konsentrasi
  • Perubahan perilaku
Bila tanda-tanda tersebut mengkhawatirkan, maka konsultasikan masalah tersebut kepada dokter
  1. 3. Konsultasikan kepada dokter atau kembali ke rumah sakit segera jika anak anda mengalami / memiliki :
  • Perilaku yang tidak lazim
  • Sakit kepala terus menerus atau beray yang tidak hilang dengan parasetamol (rewel pada bayi)
  • Muntah berulang kali
  • Keluar darah atau cairan dari telinga atau hidung.
  • Kejang atau spasme pada wajah, lengan, atau kaki
  • Sulit bangun
  • Sulit untuk tetap terjaga
  • Jika Anda merasa khawatir dengan sebab apapun
Komplikasi Cedera Kepala
  1. 1. Kejang pasca trauma.
Merupakan salah satu komplikasi serius. Faktor risikonya adalah trauma penetrasi, hematom (subdural, epidural, parenkim), fraktur depresi kranium, kontusio serebri, GCS <10.
  1. 2. Demam dan menggigil
Demam dan menggigil akan meningkatkan kebutuhan metabolisme dan memperburuk “outcome”. Sering terjadi akibat kekurangan cairan, infeksi dan efek sentral.
  1. 3. Hidrosefalus
Gejala klinis hidrosefalus ditandai dengan muntah, nyeri kepala, papil udema, dimensia, ataksia, gangguan miksi.
  1. 4. Spastisitas
Spastisitas adalah fungsi tonus yang meningkat tergantung pada kecepatan gerakan. Merupakan gambaran lesi pada UMN.
  1. 5. Agitasi
Agitasi pasca cedera kepala terjadi > 1/3 pasien pada stadium awal dalam bentuk delirium, agresi, akatisia, disinhibisi, dan emosi labil.
  1. 6. Gangguan  tingkah laku dan kognitif
Gangguan kognitif dan tingkah laku atau emosi lebih menonjol dibanding gangguan fisik setelah cedera kepala dalam jangka lama. Termasuk problem daya ingat, gangguan mudah lelah (fatigue), gangguan kecepatan berpikir, sensitif dan iritabel, gangguan konsentrasi dan dapat juga terjadi depresi.
  1. 7. Sindroma post kontusio
Sindroma tersebut terdiri dari :
  • Somatik :  nyeri kepala,  gangguan tidur,  vertigo / dizzines,  mual,  mudah  lelah,  sensitif terhadap suara dan cahaya,
  • Kognitif: perhatian, konsentrasi, memori,
  • Afektif: iritabel, cemas, depresi, emosi labil.
Prognosis
Faktor-faktor yang memperjelek kesembuhan cedera kepala:
  1. Terlambat penanganan awal/resusitasi.
  2. Pengangkutan/transport yang tidak adekuat
  3. Dikirim ke RS yang tidak adekuat
  4. Terlambat dilakukan tindakan bedah
  5. Disertai cedera multipel yang lain.

No comments:

Post a Comment