ASKEP ANEMIA PADA ANAK
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya
hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan
adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah
(disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah
suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan
dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
Etiologi:
1.
Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2.
Perdarahan
3.
Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi
defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.
Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1.
Anemia aplastik
Penyebab:
· agen
neoplastik/sitoplastik
·
terapi radiasi
·
antibiotic tertentu
· obat
antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
·
benzene
·
infeksi virus (khususnya hepatitis)
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di
sumsum tulang
Kelainan sel induk
(gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan
humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di
sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah
yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
·
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
·
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis:
anemia normositik normokromik
2.
Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
· Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
· Hematokrit turun 20-30%
· Sel darah merah tampak normal pada apusan darah
tepi
Penyebabnya
adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3.
Anemia pada penyakit kronis
Berbagai
penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini
meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
4.
Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a)
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b)
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)
↓
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
a)
Atropi papilla lidah
b)
Lidah pucat, merah, meradang
c)
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d)
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5.
Anemia megaloblastik
Penyebab:
· Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat
· Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
(aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti
sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas
yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan
hipofungsi
6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel
darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
· Pengaruh obat-obatan tertentu
· Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple,
leukemia limfositik kronik
· Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
· Proses autoimun
· Reaksi transfusi
· Malaria
↓
Mutasi sel
eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada
eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing
oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
Tanda dan Gejala
o
Lemah, letih, lesu dan lelah
o Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit
dan telapak tangan menjadi pucat.
Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o Gagal
jantung,
o Parestisia
dan
o Kejang.
Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
o Kadar
Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit
akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia
ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
o Transplantasi sumsum tulang
o
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
o Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian
besi dan asam folat
o Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
o Dicari penyebab defisiensi besi
o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat
ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet
dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan
absorbsi.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe ↓ biasanya
pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
ü pasca
perdarahan
ü pada
difisiensi zat besi
ü
anemia hemolistik
ü
anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan
kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon
renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk
memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel
atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
-
Eritrosit
-
Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya
:
-
Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak
selalu berupa transfusi darah
-
Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt)
umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 –
12 Tahun 5 (4,5 -5,4).
2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19
(14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 – 15), 8 – 12 Tahun 14 (13
– 15,5).
3. Leokosit (per mikro lt) Bayi
baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 – 15), 5 Tahun 8000 (5 – 13), 8 –
12 Tahun 8000 (5-12).
Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 – 12 Tahun 260.000
Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 – 12 Tahun 260.000
4. Hemotokrit (%0)Bayi baru
lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun 40.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d
gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2. Kurang nutrisi dari
kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi
emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d
lingkungan atau orang
III. RENCANA
1) Intoleransi aktivitas b/d
gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Rencana Tindakan:
1.
Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue,
dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2.
Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3.
Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan
istirahat
4.
Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5.
Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2) Kurang nutrisi dari
kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat : kurang stimulasi
emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
Rencana Tindakan:
Rencana Tindakan:
1.
Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum,
sereal kering yang diperkaya zat besi
sereal kering yang diperkaya zat besi
2.
Berikan susu suplemen setelah makan padat
3.
Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk
4.
Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi
dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus
jeruk
5.
Berikan multivitamin
6.
Jangan berikan preparat Fe bersama susu
7. Kaji
fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
8.
Monitor kadar Hb atau tanda klinks
9.
Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10.
Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam
diet
3) Ansietas/cemas b/d
lingkungan atau orang
Rencana Tindakan:
Rencana Tindakan:
1.
Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
2.
Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
3.
Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
4.
Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
5.
Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan
harapan anak mau menerima
harapan anak mau menerima
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam,
Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006
No comments:
Post a Comment