Asuhan
Keperawatan Sindroma Hiperaktivitas
(HIPERAKTIF)
A. Pengertian
Sindroma hiperaktivitas
merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan
sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai
menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi
serebral minimal. (Nelson, 1994)
B. Etiologi
Pandangan-pandangan
serta pendapat–pendapat mengenai asal usul, gambaran–gambaran, bahkan mengenai
realitas daripada gangguan ini masih berbeda–beda serta dipertentangkan satu
sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin
sekali timbul sebagai akibat dari gangguan–gangguan di dalam neurokimia atau
neurofisiologi susunan syaraf pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk
kepada apa yang oleh banyak orang diyakini sebagai gangguan yang utamanya.
Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun
racun, bahaya–bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas,
maupun rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai
kemungkinan merupakan faktor yang
mempermudah timbulnya gangguan tersebut, sebagaimana halnya dengan
praktek pendidikan serta perawatan anak dan kesulitan emosional di dalam
interaksi orang tua anak yang bersangkutan. Sampai sekarang tidak ada satu atau
beberapa faktor penyebab pasti yang tidak dapat diperlihatkan.
C. Patofisiologi
Kurang
konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat
impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang
sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang
hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang
sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap
pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah
(a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum
pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan
mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara
auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi
untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta
perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta
penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang
lebih baik.
D. Manifestasi Klinik
Ukuran objektif tidak
memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktifitas
fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak–anak kontrol yang
normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang
bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang
perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka
cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat
tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan
frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah
terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka
bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif,
tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap
permasalahan–permasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya
sangat bergantung secara berlebih–lebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu
bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono.
Kesulitan-kesulitan
emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder terhadap
pengaruh sosial yang negatif dari
tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang
tua serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan
mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik
mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu
mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga.
Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.
Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca
matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat
tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan
dari kecerdasan mereka yang diukur.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan
laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak
yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah
gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram
mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau
epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti.
Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan
penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.
F. Komplikasi
1.
Diagnosis
sekunder- gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
2.
Pencapaian
akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika
(sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
3.
Hubungan
dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan).
G. Penatalaksanaan Medis
Rencana pengobatan bagi
anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan psikostimulan, modifikasi
perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga. Orang tua mungkin
mengutarakan kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko dan keuntungan
dari obat harus dijelaskan pada orang tua, termasuk pencegahan skolastik dan
gangguan sosial yang terus menerus
karena pengunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale Conners dapat
digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari
pengobatan.
Psikostimulan- metilfenidat
(Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine), dan dekstroamfetamin sulfat
(Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak dengan
meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa
yang menderita gangguan ini.
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Kaji riwayat keluarga melalui wawancara
atau genogram.
Data yang dapat diperoleh apakah anak tersebut
lahir premature, berat badan lahir rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnyan
atau ada faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan
hiperaktivitas pada anak.
2. Kaji riwayat perilaku anak.
l Riwayat perkembangan, dimana dulu
seorang bayi yang gesit, aktif dan banyak menuntut, yang mempunyai tanggapan –
tanggapan yang mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan – kesulitan makan
dan tidur, kerap kali pada bulan – bulan pertama kehidupannya, sukar untuk
menjadi tenang pada waktu akan tidur serta lambat untuk membentuk irama
diurnal. Kolik dilaporkan agak umum terjadi pada mereka.
l Laporan guru tentang permasalahan –
permasalahan akademis serta tingkah laku di dalam kelas.
B. Diagnosa Keperawatan
©
Kerusakan
interaksi sosial
©
Gangguan
konsep diri
©
Resiko
tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif
©
Resiko
tinggi perubahan peran menjadi orang tua
©
Resiko
tinggi kekerasan
©
Resiko
tinggi mencederai diri sendiri
C.
Perencanaan
Intervensi keperawatan
umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan komunitas.
1. Bantu orang tua dalam
mengimplementasikan program perilaku agar mencakup penguatan yang positif.
© Latih kefokusan anak
Jangan tekan anak, terima
keadaannya. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas
dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat,
coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajak untuk duduk dan diam.
Mintalah agar anak menatap mata anda ketika bicara atau diajak berbicara.
Berilah arahan dengan nada lembut.
© Telatenlah
Jika anak telah betah untuk
duduklebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan
dengan cara menghubungkan titik – titik yang membentuk angka atau huruf.
Selanjutnya anak diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bisa
pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau
pengurangan dengan angka-angka di bawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan
konsep angka 0 dengan benar.
© Bangkitkan kepercayaan diri anak
Gunakan teknik pengelolaan
perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila
anak makan dengan tertib. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
© Kenali arah minatnya
Jika anak bergerak terus
jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan
keaktifan dari anak. Yang paling penting adalah mengenali bakat anak secara
dini.
© Minta anak bicara
Anak hiperaktif cenderung
susah berkomunikasi dan bersosialisasi. Karena itu Bantu anak dalam
bersosialisasi agar ia mempelajari nilai – nilai apa saja yang diterima di
kelompoknya.
2. Sediakan struktur kegiatan harian
Anak hendaknya mempunyai daftar kegiatan
harian yang berjalan dengan teratur menurut jadwal yang ditetapkan dan hendaknya
segera mengikuti serta melaksanakan kegiatan rutinnya itu, sebagaimana iharkn
dari dirinya dan untuk itu anak dihadiahi kata – kata pujian.
Perangsangan yang berlebihan serta
kelelahan yang sangat hebat hendaknya dihindarkan. Anak membutuhkan saat santai
setelah bermain, terutama setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan
keras. Periode sebelum tidur harus merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara televisi yang merangsang, permainan yang keras dan jungkir
balik.
3. Beri obat stimulans sesuai instruksi.
a. Stimulans dapat dihentikan sementara
pada akhir pekan dan hari libur. Di mana untuk menentukan apakah kemampuan
pengendalian yang dimiliki oleh anak itu sendiri telah mengalami suatu
kemajuan.
b. Stimulans tidak diberikan sesudah pukul 3
atau 4 sore, dimana efek samping stimulans adalah insomnia. Insomnia dapat
dicegah dengan tidak lagi memberikan pengobatan perangsang setelah jam 3 sore
serta mengatur sedemikian rupa, sehingga periode sebelum tidur itu merupakan
saat yang tenang serta tidak merangsang.
D. Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) dan Perawatan di Rumah
1. Didik dan bantu orang tua dan anggota
keluarganya.
2. Berkolaborasi dengan guru dan libatkan
orang tua. Dorong orang tua untuk menjamin bahwa guru dan perawat sekolah
mengetahui tentang nama, dosis dan waktu minum obat.
3. Pastikan bahwa anak mendapatkan evalusi
dan bimbingan akademik yang diperlukan. Memasukkan anak dalam kelas pendidikan
khusus sering kali diperlukan.
4. Pantau kemajuan dan respons anak
terhadap pengobatan.
5. Rujuk ke spesialis perilaku dan orang
tua untuk mengembangkan dan mengimplementasikan rencana perilaku.
E. Hasil yang Diharapkan
1. Prestasi di sekolah meningkat,
dibuktikan oleh nilai dan tugas-tugas yang diselesaikan anak.
2. Perilaku anak semakin baik menurut
penilaian guru dan orang tua.
3. Anak menunjukkan hubungan yang positif
dengan teman sebaya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah
satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas defisit
perhatian. Anak-anak dengan
gangguan ini memperlihatkan kurang perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas.
Gangguan ini
sering dijumpai dan dapat terjadi sampai 3% dari anak-anak, dengan rasio
laki-laki terhadap perempuan sebesar 6:1 sampai 9:1.
Masalah yang sering timbul
pada anak dengan gangguan tersebut meliputi kerusakan interaksi sosial,
gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak
efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua, resiko tinggi
kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri.
Intervensi
keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan komunitas,
meliputi bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku agar
mencakup penguatan yang positif, sediakan struktur harian, dan beri obat
stimulans sesuai instruksi.
B. Saran
Dalam
memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan hiperaktivitas ditujukan
kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, dengan
disertai pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat harus memberikan
penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut kepada kedua orang tuanya
dan kepada anak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. Buku
Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC, 2002
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1.
Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya Medika,
2002
Nelson, Ilmu Pediatri Perkembangan. Alih
Bahasa Moelia Radja Siregar. Jakarta,
EGC, 1994
Pilliteri, Adelle, Child Health Nursing Care
of The Child and Family. Philadelphia,
Lippincott, 1999
No comments:
Post a Comment