SELAMAT DATANG DI BLOG ASUHAN KEPERAWATAN SEMOGA BERMANFAATKADEK WAHYU ADI PUTRAASUHAN KEPERAWATAN GRATIS

Thursday 1 November 2012

ASKEP KERATITIS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS KERATITIS

A.     PENGERTIAN
Keratitis merupakan kelainan terjadinya inflamasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
B.     ETIOLOGI
1.      Alergen
2.      Bakteri
3.      Jamur
4.      Virus
5.      Bahan Kimia
6.      Trauma
C.     KLASIFIKASI
a.       Keratitis Mikroba
Keratitis ini disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, jamur atau parasit, abrasi sedikitpun bila menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi korne terjadi akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemik atau lokal.
·        Keratitis Bakterial
Keratitis akibat dari infeksi stafilokokkus, berbentuk seperti keratitis pungtat terutama dibagian bawah kornea.
·        Keratitis Viral
-          Keratitis Dendritik Herpetik
Disebabkan oleh virus herpes simplek akan memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea.
-          Keratitis Herpes Zooster
Manifestasi klinis dari infeksi virus herpes zooster pada cabang saraf trigeminus.
-          Keratitis Pungtata Epitelial
Keratitis dengan infiltrat halus pada kornea.
-          Keratitis Disiformis
Merupakan keratitis dengan bentuk seperti cakram di dalam stroma permukaan kornea, disebabkan oleh infeksi/sesudah infeksi virus herpes simplek.
b.      Keratitis Pemajanan
Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat disebabkan oleh karena keadaan eksoptalmus, parasis saraf kranial VII tetapa juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.
·        Keratitis Lagolftalmus
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.
·        Keratitis Neuroparalitik
Terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang mengakibatkan gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea.
·        Keratokonjungtivitis Sika
Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea.

D.    TANDA DAN GEJALA
Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis  adalah :
1.      Inflamasi bola mata yang jelas
2.      Terasa ada benda aing di mata
3.      Cairan mukopurulen denagn kelopak mata saling melekat satu sama lain
4.      Rasa silau pada mata

 
E.     PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK
a.       Uji Fluoresein
Untuk mengatahui adanya kerusakan pada epitel kornea erosi, keratitis epitelial bila terjadi defek tersebut.
b.      Uji Sensibilitas Kornea
Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea ya g berkaitan dengan penyakit mata akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster ataupun akibat gangguan ujung saraf sensibel kornea oleh infeksi herpes simplek.
c.       Uji Fistel
Untuk melihat kebocoran kornea atau fistel akibat adanya perforasi kornea
d.      Uji Biakan Atau Sensivitas
Mengidentifikasi patogen penyebab
e.       Uji Pasido
Untuk mengatahui kelainan pada permukaan kornea

F.      PENATALAKSANAAN
Pada asien dengan infeksi kornea berat dirawat untuk pemberian tetes anti mikroba seperti gentamisin 5mg/ ml, tobramisin 15mg/ ml seyiap 30 menit sekali dan pemeriksaan berkala, untuk keratitis yangdisebabkan oleh virus herpes simplek pasien perlu diberikan virustatiska seperti 100 trifluorotikidin dan acyclovir, sedangkan untuk keratitis herpes zooster pasien diberikan obat simptomatis saja seperti analgesika, vitamin dan antibiotika topikal. Selain itu tameng mata (patch) dan lensa kontak perlu dilepas dahulu sampai infeksi terkontrol, karena akan memperkuat pertumbuhan mikroba.


 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN INFEKSI PADA MATA
A.     PENGKAJIAN
1.      Keluhan Utama
Tanyakan kepada klien tentang adanya keluhan seperti nyeri, mata berair, mata merah, silau dan sekret pada mata
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai penuruna tajam penglihatan, trauma pada mata. Riwayat gejala mata seperti nyeri meliputi lokasi, awitan durasi, upaya menguragi dan beratnya, pusing, silau.
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada klien riwayat riwayat klien yang dalami oleh klien seperti diabetes militus, herpes zooster, herpes simplek.
4.      Pengkajian Fisik Penglihatan
·        Ketajaman Penglihatan
Uji formal ketajaman penglihatan harus merupakan bagian dari setiap data dasar pasien. Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata (shellen) yang diletakkan 6 meter.
·        Palpebra Superior
Merah, sakit bila ditekan.
·        Palpebra Inferior
Bengkak, merah, ditekan keluar sekret.
·        Konjungtiva Tarsal Superior dan Inferior
Inspeksi adanya :               
a.       Papil, timbunan sel radang ub konjungtiva yang berwarna merah dengan pembuluh darah dengan pembuluh darah ditengahnya.
b.      Membran, sel radang didepan mukosa konjungtiva yang bila diangkat akan berdarah.
c.       Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak berdarah.
d.      Litrasisi, pembentukan batu senyawa kalsium berupa perkapuran yang terjadi pada konjungtiva kronis.
e.       Sitatrik, terjadi pada trakoma.
·        Konjungtiva Bulbi
a. Sekresi
b. Kemosisi konjungtiva bulbi
·        Kornea
a.       Erosi kornea
b.      Infiltrasi, timbulnya sel radang
c.       Pannus, terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir kornea.
d.      Ulkus
e.       Sikatik
·        Bilik Depan Mata
a.       Hipopion, penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan.
b.      Hifema, perdarahan pada bilik mat depan.
·        Iris
a.       Kubiosis, radang pada iris
b.      Gambaran kripti pada iris
·        Pupil
a.       Reaksi sinar isokor
b.      Pemeriksaan fundus okuli dengan optamoskop untuk melihat adanya kekeruhan pada media pengluhatan yang keruh seperti pada kornea, lensa dan badan kornea.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri b/d iritasi atau infeksi pada mata
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1 jam nyeri berkurang.
KH : nyeri berkurang, pasien merasa nyaman.
Intervensi :
a.       Anjurkan klien untuk mengompres mat dengan air hangat.
R/ Mengurangi nyeri klien.
b.      Anjurkan pasien untuk tidak menggosok mata yang skit terutama dengan tangan.
R/ Mencegah terjadinya perluasan daerah iritasi.
c.       Anjurkan pasien menggunakan kaca mata pelindung jika bepergian.
R/ Mencegah pajanan secara langsung.
d.      Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberikan analgesik.
R/ Menurunkan nyeri klien.
2.      Ansietas b/d adanya kemungkinan/ kenyataan kehilangan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1 jam ansietas berkurang.
KH : Klien tampak rileks, melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
Intervensi :
a.       Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
R/ Data dasar menentukan intervensi.
b.      Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ Membantu kecemasan klien
c.       Beri informasi yang akurat dan jujur.
R/ Informasi yang akurt dapat mengurangi tingkt kecemasan klien.
d.      Dukung dan arahkan mekanisme koping klien.
R/ Meningkatkan kepercayaan diri klien.
3.      Gangguan sensori perseptual: penglihatan b/d penurunan tajam penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1 jam terdapat peningkatan tajam penglihatan.
KH : Ketajaman penglihatan meningkat.
Intervensi :
a.       Menentukan ketajaman poenglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
R/ Menentukan dasar untuk intervensi.
b.      Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.
R/ Mencegah terjadinya cedera.
c.       Anjurkan klien u tuk mengistirahatkan mata yang sakit.
R/ Mengistirahatkan mata dan mengatur beban mata.
d.      Anjurkan klien kontrol secara rutin.
R/ Deteksi dini terdapat tingkat penyembuhan.
4.      Resiko tinggi infeksi b/d kontak sekret atau mata orang lain.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1 jam tidak terjadi infeksi.
KH : Resiko Infeksi dapat dicegah, bebas drainase purulen, eritema dan demam.
Intervensi :
a.       Kaji tanda-tanda infeksi.
R/ Data dasar melakukan intervensi
b.      Anjurkan untuk membersihakan mata dari dalam ke luar denagn bola kapas untuk tiap usapan
R/ Mencegah terjadinya ifeksi
c.       Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang sakit kemudian yang sehat.
R/ Minimalkaan terjadinya iritasi.
d.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
R/ Mencegah terjadinya infeksi.
 
  


DAFTAR PUSTAKA

Bunner And Sudart. 2000. Buku Ajar Medikal Bedah. EGC: Jakart
Shidarta, Ilyas. 2001. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FKUI: Jakarta:

No comments:

Post a Comment