SELAMAT DATANG DI BLOG ASUHAN KEPERAWATAN SEMOGA BERMANFAATKADEK WAHYU ADI PUTRAASUHAN KEPERAWATAN GRATIS

Sunday 14 October 2012

ASKEP HISPRUNG

Askep Hisprung
KONSEP DASAR
PENGERTIAN
Hisprung adalah Tidak adanya sel-sel ganglion dalam relitum atau bagian relitosigmoid Kolon. (Betz, Cecily. L, 2002).
ETIMOLOGI
Menurut Betz, Cecily. L (2002) penyebab Hisprung sebenarnya tidak diketahui tetapi penyakit ini diduga karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan.
PATOFISIOLOGI


MANIFESTASI KLINIS
Menurut Betz, Cecily. L (2002) manifestasi klinis Hisprung dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
Masa Veo Natal
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
Muntah berisi empedu
Enggan minum.
Distensi abdomen.
Masa Bayi dan Kanak-kanak
Kanstipasi
Diare berulang
Tinja seperti pita, berbau busuk
Distensi abdomen
Gagal tumbuh.
KOMPLIKASI
Menurut Betz, Cecily. L (2002) komplikasi hisprung yaitu :
Gawat pernapasan (akut)
Entero koloitis (akut)
Striktura ani (pasca bedah)
Inkontensitas (jangka panjang).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Betz, Cecily. L (2002) Pemeriksaan diagnostik pada Hisprung yaitu :
Foto abdomen
Enema barium
Biopsi rectal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion
Manometriano rectal untuk mencatat respons refleks sfringter interna dan eksterna.
PENATALAKSANAAN
Menurut Betz, Cecily. L (2002) penatalaksanaan pada penyakit Hisprung yaitu :
Pembedahan
Pembedahan dilakukan dalam 2 (dua) tahap mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double-barrel sehingga tomus dan ukuran usus yang dilatsi dan hipertropi dapat kembali normal. (memerlukan waktu kira-kira 3-4 bulan). Pada umur bayi diantara 6-12 bulan (mulai beratnya antara 9 s/d 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dengan cara memotong usus aganglionik dan mengantomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 inci dari anus.
Prosedur Duhamel umumnya dilakukan u terhadap bayi yang berusia 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normalkearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus agaanglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganlionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
Pada prosedur Swenson, bagian bagian kolon yang aganglionik itu dibuang, kemudian dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfring terotomi dilakukan pada bagian posterior.
Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukan untuk mengobati penyakit Hisprung. Dinding otot dari segmen rektumdibiarkan tetap utuh, kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rekto sigmonial yang tersisa.










ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HISPRUNG

Pengkajian

1. Biodata Pasien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, dan nomor register.

2. Biodata Penaggung Jawab : Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat.

3. Riwayat Kesahatan Pasien :
  • Riwayat Kesehatan Dahulu
  • Riwayat Kesehatan Sekarang
  • Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Kebiasaan Sehari-hari :
  • Makan dan Minum
  • Eliminasi : BAK dan BAB
  • Personal Hygiene
  • Aktivitas
5. Pemeriksaan Fisik / Head To Toe

Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

1. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
Tujuan :
  • Anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil :
  • Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
  • Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Intervensi :
  • Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
  • Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
  • Observasi pengeluaran feses per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
  • Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
  • Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
2. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
Tujuan :
  • Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil :
  • Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
  • Turgor kulit pasien lembab
  • Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
Intervensi :
  • Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
  • Ukur berat badan anak tiap hari
  • Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
Tujuan :
  • Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
  • Turgor kulit lembab.
  • Keseimbangan cairan.
Intervensi :
  • Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
  • Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output
  • Observasi adanya peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penyakitnya menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
  • Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya, perawatan dan obat – obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat dan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali
Intervensi :
  • Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien
  • Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon
  • Kaji latar belakang keluarga
  • Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
  • Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien
  • Menggunakan liflet atau gambar dalam menjelaskan ( Suriadi & Yuliani, 2001: 60 ).


Daftar Pustaka
  1. A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC
  2. Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI
  3. Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC
  4. Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
  5. Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto.
  6. Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk. Jakarta : Bina Rupa Aksara
  7. Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC
  8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika Jakarta.
  9. Suherman. ( 2000 ). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC
  10. Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto
  11. Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
  12. Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC


No comments:

Post a Comment