Askep Preoperatif
I. PENGERTIAN
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari
perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan pembedahan.
Perawatan
intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila
pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan
post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi
dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
II.
PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi
2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan
persiapan fisiologi (khusus pasien).
A.
Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang
akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :
1.
Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
2.
Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting
dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal
dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah.
1.
Penjelasan tentang peristiwa
Informasi
yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
-
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
-
Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
-
Alat-alat khusus yang diperlukan
-
Pengiriman ke ruang bedah.
-
Ruang pemulihan.
-
Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :
·
Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
·
Perlu kebebasan saluran nafas.
·
Antisipasi pengobatan.
- Bernafas dalam dan latihan batuk
- Latihan kaki
- Mobilitas
- Membantu kenyamanan
B.
Persiapan Fisiologi
1.
Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak
diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum,
(puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal
atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi
akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
-
Aspirasi pada saat pembedahan
-
Mengotori meja operasi.
-
Mengganggu jalannya operasi.
2.
Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum
operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal.
Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore
dan pagi hari menjelang operasi.
Maksud dari pemberian lavement
antara lain :
-
Mencegah cidera kolon
-
Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
-
Mencegah konstipasi.
-
Mencegah infeksi.
3.
Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus
bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi.
Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari
daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya
10-20 cm2.
4.
Hasil Pemeriksaan
Meliputi
hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
5.
Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga
harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami /
istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah
mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari
pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat
kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
C.
Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat
OK)
1.
Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari
kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini :
- Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
- Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
- Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
- Lepas perhiasan
- Bersihkan cat kuku.
- Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
- Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
- Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
- Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.
- Kandung kencing harus sudah kosong.
- Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
-
Catatan tentang persiapan kulit.
-
Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
-
Pemberian premedikasi.
-
Pengobatan rutin.
-
Data antropometri (BB, TB)
-
Informed Consent
-
Pemeriksan laboratorium.
2.
Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan
untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan untuk pengelolaan
anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar
pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
i.
Pengkajian Keperawatan Pra Bedah
A.
Data Subyektif
i.
Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
- Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
1.
Tempat
2.
Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3.
Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah
di bedah.
4.
Kegiatan rutin sebelum operasi.
5.
Kegiatan rutin sesudah operasi.
6.
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
- Pengalaman bedah terdahulu
1. Bentuk,
sifat, roentgen
2. Jangka
waktu
ii.
Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
- Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan.
- Metode-metode penyesuaian yang lazim.
- Agama dan artinya bagi pasien.
- Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
- Keluarga dan sahabat dekat
-
Dapat dijangkau (jarak)
-
Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
- Perubahan pola tidur
- Peningkatan seringnya berkemih.
iii.
Status Fisiologi
- Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
- Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
- Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
- Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
- Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
- Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
- Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.
B. Data Obyektif
- Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
- Tingkat interaksi dengan orang lain.
- Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
- Tinggi dan berat badan.
- Gejala vital.
- Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
- Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
- Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
- Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
- Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
- Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.
ii.
Masalah
Keperawatan Yang Lazim Muncul
1.
Takut
2.
Cemas
3.
Resiko infeksi
4.
Resiko injury
5.
Kurang pengetahuan
III.
INTRA OPERATIF
i.
Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi
dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan
tidak steril :
A.
Anggota steril
1.
Ahli bedah utama / operator
2.
Asisten ahli bedah.
3.
Scrub Nurse / Perawat Instrumen
B.
Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1.
Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2.
Perawat sirkulasi
3.
Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
ii.
Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
A.
Persiapan Psikologis Pasien
B.
Pengaturan Posisi
§Posisi
diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis
pasien.
§Faktor
yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1.
Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2.
Umur dan ukuran tubuh pasien.
3.
Tipe anaesthesia yang digunakan.
4.
Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
§Prinsip-prinsip
didalam pengaturan posisi pasien :
1.
Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
2.
Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
3.
Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya
dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
4.
Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan
terjadinya pertukaran udara.
5.
Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.
6.
Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7.
Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8.
Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9.
Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
- Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
- Penutupan Daerah Steril
- Mempertahankan Surgical Asepsis
- Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
- Monitor dari Malignant Hyperthermia
- Penutupan luka pembedahan
- Perawatan Drainase
- Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
iii. Pengkajian
- Sebelum dilakukan operasi
a.
Pengkajian psikososial
-
Perasaan takut / cemas
-
Keadaan emosi pasien
b.
Pengkajian Fisisk
-
Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
-
Sistem integumentum
·
Pucat
·
Sianosis
·
Adakah penyakit kulit di area badan.
-
Sistem Kardiovaskuler
·
Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
·
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
·
Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
·
Kebiasaan merokok, minum alcohol
·
Oedema
·
Irama dan frekuensi jantung.
·
Pucat
-
Sistem pernafasan
§
Apakah pasien bernafas teratur ?
§
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
-
Sistem gastrointestinal
·
Apakah pasien diare ?
-
Sistem reproduksi
§ Apakah
pasien wanita mengalami menstruasi ?
-
Sistem saraf
·
Kesadaran ?
-
Validasi persiapan fisik pasien
§ Apakah
pasien puasa ?
§ Lavement
?
§ Kapter ?
§
Perhiasan ?
§ Make up
?
§ Scheren
/ cukur bulu pubis ?
§ Pakaian
pasien / perlengkapan operasi ?
§ Validasi
apakah pasien alaergi terhadap obat ?
- Selama dilaksanakannya operasi
Hal-hal yang dikaji selama
dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang
bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal
ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang
perlu dikaji adalah :
a.
Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal
dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur
yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak
cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b.
Pengkajian fisik
-
Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan
tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus memberitahukan ketidaknormalan
tersebut kepada ahli bedah).
-
Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah
habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga dilakukan observasi
jalannya aliran transfusi).
-
Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis
apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga dilakukan observasi
jalannya aliran infuse).
-
Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan
urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin
sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :
1. Cemas
2.
Resiko perlukaan/injury
3.
Resiko penurunan volume cairan tubuh
4.
Resiko infeksi
5.
Kerusakan integritas kulit
iv.
Fase Pasca Anaesthesi
Periode
segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan
harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama
dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang
dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur
bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
- Mempertahankan ventilasi pulmonari
1.
Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang
dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
2.
Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring
biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan
saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien
tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan
suction.
3.
Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada
pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain
pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien
sadar.
- Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah
merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada pasien post
anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan
tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.
B.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha
pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat
penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan.
Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
C.
Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post
anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar
betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat
tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada
pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar,
memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian.
Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa
yang sedang dilakukan.
v.
Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang
hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka
dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :
1.
Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi
fowler.
2.
Pasang pengaman pada tempat tidur.
3.
Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4.
Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5.
Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6.
Observasi adanya muntah.
7.
Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan
yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
-
Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik
< 50 mmHg atau > dari 90 mmHg.
-
HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
-
Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
-
Meningkatnya kegelisahan pasien
-
Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan /
Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam
mengevaluasi pasien :
1.
Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
2.
Tanda-tanda vital harus stabil.
3.
Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4.
Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5.
Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6.
Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.
7.
Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8.
Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit
dimana pasien akan dipindahkan.
9.
Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan
selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
-
Keadaan penderita serta order dokter.
-
Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
-
Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan
sewaktu-waktu terlihat.
vi. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
A. Pengkajin awal
- Status Respirasi
Melipuiti :
-
Kebersihan jalan nafas
-
Kedalaman pernafasaan.
-
Kecepatan dan sifat pernafasan.
-
Bunyi nafas
- Status sirkulatori
Meliputi :
-
Nadi
-
Tekanan darah
-
Suhu
-
Warna kulit
- Status neurologis
Meliputi
: tingkat kesadaran
- Balutan
Meliputi
:
-
Keadaan drain
-
Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
- Kenyamanan
Meliputi :
-
Terdapat nyeri
-
Mual
-
Muntah
- Keselamatan
Meliputi
:
-
Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
-
Kabel panggil yang mudah dijangkau.
-
Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
- Perawatan
Meliputi :
-
Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
-
Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat
dan jumlah drainage.
- Nyeri
Meliputi :
-
Waktu
-
Tempat.
-
Frekuensi
-
Kualitas
-
Faktor yang memperberat / memperingan
A. Data
Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai
gejala-gejala ketidaknyamanan setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi
tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung misalnya :”Bagaimana
perasaan anda?”, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan
pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri
sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat
tidur. Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan
intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca
anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami
manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat
narkotika yang cukup banyak.
B.
Data Objektif
- Sistem Respiratori
- Status sirkulatori
- Tingkat Kesadaran
- Balutan
- Posisi tubuh
- Status Urinari / eksresi.
C.
Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur,
prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body
image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk
denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan
pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post
operasi secara umum anatara lain :
- Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
- Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal.
Masalah Keperawatan Yang Lazim
Muncul
A.
Diagnosa Umum
a.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
c.
Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d.
Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan
(penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
B.
Diagnosa Tambahan
a.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
b. Resiko
retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
c.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
e. Nausea
berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
f.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia,
lemah, nyeri, mual.
h.
Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendy, Christantie,2002,Handout Kuliah
Keperawatan Medikat Bedah : Preoperatif Nursing, Tidak dipublikasikan,
Yogyakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri
Hastuti,2005, Kiat Sukses menghadapi Operasi, Sahabat Setia, Yogyakarta.
shodiq, Abror, 2004, operating Room,Instalasi Bedah
Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta, Tidak
dipublikasikan, Yogyakarta.
Sjamsul hidayat, R. dan Wim de Jong, 1998, Buku
Ajar Imu Bedah, Edisi revisi, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002,Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta
Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi
OPTEK, Airlangga University Press, Surabaya.
No comments:
Post a Comment