Trauma Kepala
Trauma kepala
atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering terjadi dalam kehidupan
kita sehari-hari. Cedera kepala bisa terjadi pada anak-anak, misalnya terjatuh
dari tempat tidur, terpeleset, terjatuh dari pohon maupun tepukul oleh temannya
ketika bertengkar. Cedera kepala yang sering terjadi pada orang dewasa karena
kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur
bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan
lain sebagainya. Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang
mengendarai sepeda motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja
yang mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Namun
masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati
peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi syarat
maupun tali helm yang tidak terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi
kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang berat.
Definisi
Cedera Kepala
adalah setiap trauma pada kepala yang menyebabkan cedera pada kulit kepala,
tulang tengkorak maupun otak. Cedera kepala bisa dikelompokkan sebagai cedera
kepala tertutup atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada cedera kepala tertutup,
kepala menerima suatu dorongan tumpul karena membentur suatu benda. Pada cedera
kepala terbuka, suatu benda berkecepatan tinggi menembus tulang tengkorak dan
masuk ke dalam otak.
Pada anak-anak,
cedera kepala dan komplikasinya merupakan penyebab dari sejumlah besar
kematian. Cedera kepala hebat juga bisa menyebabkan kerusakan yang serius pada
otak yang sedang berkembang, sehingga mempengaruhi perkembangan fisik,
kecerdasan dan emosional anak dan menyebabkan cacat jangka panjang. Cedera
kepala paling sering ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 1 tahun
dan pada remaja diatas 15 tahun, serta lebih banyak terjadi pada anak
laki-laki. Setiap cedera kepala berpotensi menimbulkan akibat yang serius,
karena itu setiap anak yang mengalami cedera kepala sebaiknya diperiksa secara
seksama.
Klasifikasi Cedera Kepala
Klasifikasi
Cedera Kepala didasarkan pada berbagai aspek, namun untuk kepentingan praktis
di lapangan dapat digunakan klasifikasi berdasarkan beratnya cedera. Penilaian
derajat beratnya cedera kepala dapat dilakukan menggunakan Glasgow Coma Scale,
yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran seseorang
dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu reaksi
membuka mata (eye
opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi gerakan
lengan serta tungkai (motor respons).
Rincian dari Glasgow Coma Scale
adalah sebagai berikut :
Respon
membuka mata
|
Nilai
|
Dapat membuka spontan dengan adanya kedipan
|
4
|
Dapat membuka mata dengan suara (dipanggil)
|
3
|
Dapat membuka mata bila dirangsang nyeri
|
2
|
Tidak dapat membuka mata (tidak ada reaksi) dengan rangsangan
apapun
|
1
|
Respon bicara
(verval)
|
Nilai
|
Komunikasi verbal baik, jawaban
tepat
Kata-kata
bermakna, senyum, mengikuti obyek
|
5
|
Bingung, disorientasi waktu, tempat, dan
orang
Menangis, tapi
bisa diredakan
|
4
|
Dengan rangsangan, reaksi hanya kata, tak berbentuk
kalimat
Terus menerus
rewel
|
3
|
Dengan rangsangan, reaksi hanya suara, tak terbentuk
kata
Gelisah,
teragitasi
|
2
|
Tak ada reaksi dengan rangsangan
apapun
Diam saja
|
1
|
Respon
motorik
|
Nilai
|
Mengikuti perintah
|
6
|
Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui tempat rangsangan
|
5
|
Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan
|
4
|
Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi Fleksi abnormal
|
3
|
Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi Ekstensi abnormal
|
2
|
Dengan rangsangan nyeri, Tidak ada gerakan
|
1
|
Dari 3 aspek
yang diperiksa tersebut kemudian digabungkan menjadi satu yang disebut nilai
GCS.
Dengan Glasgow Coma Scale (GCS),
cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi:
- Cedera kepala ringan, bila GCS 13 – 15
- Cedera kepala sedang, bila GCS 9 – 12
- Cedera kepala berat, bila GCS 3 – 8
Penderita yang
sadar baik (compos mentis) dengan reaksi membuka mata spontan, mematuhi
perintah, dan berorientasi baik, mempunyai nilai GCS total sebesar 15. Sedang
pada keadaan koma yang dalam, dengan keseluruhan otot-otot ekstremitas flaksid
dan tidak ada respons membuka mata sama sekali, nilai GCS-nya adalah 3.
Penyebab
Cedera kepala
yang berat biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil dan motor. Cedera kepala
yang ringan terutama disebabkan karena anak terjatuh di dalam dan di sekitar
rumah.
Gejala
Tanda-tanda dan gejala cedera
kepala bisa terjadi segera atau timbul secara bertahap selama beberapa jam.
Jika setelah kepalanya terbentur, seorang anak segera kembali bermain atau
berlari-lari, maka kemungkinan telah terjadi cedera ringan. Tetapi anak harus
tetap diawasi secara ketat selama 24 jam karena gejalanya mungkin saja baru
timbul beberapa jam kemudian.
Cedera kepala ringan bisa menyebabkan muntah, pucat, rewel atau anak tampak mengantuk, tanpa disertai penurunan kesadaran maupun tanda-tanda lain dari kerusakan otak.
Jika gejala terus berlanjut sampai lebih dari 6 jam atau jika gejala semakin memburuk, segera dilakukan pemeriksaan lebih jauh untuk mengetahui apakah telah terjadi cedera kepala yang berat.
Gejala berikut menunjukkan adanya cedera kepala serius yang memerlukan penanganan medis segera:
Cedera kepala ringan bisa menyebabkan muntah, pucat, rewel atau anak tampak mengantuk, tanpa disertai penurunan kesadaran maupun tanda-tanda lain dari kerusakan otak.
Jika gejala terus berlanjut sampai lebih dari 6 jam atau jika gejala semakin memburuk, segera dilakukan pemeriksaan lebih jauh untuk mengetahui apakah telah terjadi cedera kepala yang berat.
Gejala berikut menunjukkan adanya cedera kepala serius yang memerlukan penanganan medis segera:
- penurunan kesadaran
- perdarahan
- laju pernafasan menjadi lambat
- linglung
- kejang
- patah tulang tengkorak
- memar di wajah atau patah tulang wajah
- keluar cairan dari hidung, mulut atau telinga (baik cairan jernih maupun berwarna kemerahan)
- sakit kepala (hebat)
- hipotensi (tekanan darah rendah)
- tampak sangat mengantuk.
- rewel
- penurunan kesadaran
- perubahan perilaku/kepribadian
Penanganan
Penanganan awal
cedera kepala pada dasarnya mempunyai tujuan: (1) Memantau sedini mungkin dan
mencegah cedera otak sekunder; (2) Memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin
sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit.
Penanganan
dimulai sejak di tempat kejadian secara cepat, tepat, dan aman. Pendekatan
‘tunggu dulu’ pada penderita cedera kepala sangat berbahaya, karena diagnosis
dan penanganan yang cepat sangatlah penting. Cedera otak sering diperburuk oleh
akibat cedera otak sekunder. Penderita cedera kepala dengan hipotensi mempunyai
mortalitas dua kali lebih banyak daripada tanpa hipotensi. Adanya hipoksia dan
hipotensi akan menyebabkan mortalitas mencapai 75 persen. Oleh karena itu,
tindakan awal berupa stabilisasi kardiopulmoner harus dilaksanakan secepatnya.
Cedera kepala
pada usia remaja maupun dewasa pada umumnya terjadi di jalan raya karena
kecelakaan dalam berkendaraan. Sehingga penanganannya lebih banyak langsung
dibawa oleh penolong ke rumah sakit. Lain halnya pada anak-anak yang umumnya
cedera kepala terjadi di sekitar rumah, maka pedoman penanganan cedera kepala
lebih praktis ditujukan untuk orang tua maupun keluarga.
Panduan untuk orang tua
maupun keluarga terhadap kasus cedera kepala khususnya pada anak-anak
Anak-anak
seringkali mengalami benturan di kepala dan sulit untuk diketahui apakah hal
itu merupakan masalah yang serius atau tidak. Jika anak Anda terbentur di
kepala, sebaiknya Anda menemui dokter. Cedera kepala adalah benturan apa pun
yang mengenai kepala yang menyebabkan benjol, luka lecet, robekan, atau luka
yang lebih parah pada kepala anak. Kebanyakan cedera kepala bukan merupakan hal
yang serius dan hanya menimbulkan benjol atau luka lecet. Namun terkadang dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak.
- 1. Cari bantuan medis segera jika :
-
Anak Anda mengalami benturan keras di kepala, seperti jatuh dari ketinggian
atau kecelakaan mobil.
-
Anak Anda kehilangan kesadaran.
-
Anak Anda tampak tidak sehat dan muntah beberapa kali setelahnya
Gejala dan Tanda
Gejala trauma
kepala digunakan untuk menentukan berat tidaknya trauma tersebut. Trauma kepala
dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu trauma kepala ringan, sedang, dan
berat.
Trauma kepala berat adalah
ketika anak Anda:
- Tidak sadar lebih dari 30 detik.
- Mengantuk dan tidak berespon terhadap suara Anda.
- Memiliki tanda-tanda trauma kepala lain yang signifikan, seperti lebar pupil yang tidak sama, kelemahan lengan dan kaki.
- Ada sesuatu yang tersangkut di kepalanya.
- Mengalami kejang kedua selain kejang singkat pertama ketika trauma terjadi.
- Anda sebaiknya menghubungi ambulans segera jika anak Anda mengalami trauma kepala berat.
Trauma kepala sedang
adalah ketika anak Anda:
- Tidak sadar selama kurang dari 30 detik.
- Sadar dan berespon terhadap suara Anda.
- Muntah 2 kali atau lebih.
- Sakit kepala.
- Kejang singkat satu kali dapat terjadi langsung setelah trauma .
- Bisa mengalami luka lecet, benjol, atau luka robek yang besar di kepala.
- 2. Anak Anda sebaiknya diawasi dengan ketat di rumah sakit selama paling sedikit 4 jam setelah trauma kepala sedang.
Trauma kepala ringan
adalah ketika anak Anda:
- Tidak kehilangan kesadaran/tidak pingsan.
- Sadar atau dapat berinteraksi dengan Anda.
- Mungkin muntah, namun hanya sekali.
- Bisa terdapat luka lecet atau robek di kepalanya.
- Selain itu normal.
Tatalaksana untuk trauma kepala ringan
Sebagian besar
anak dengan trauma kepala ringan sembuh sepenuhnya. Sebagian besar benturan
ringan hanya menyebabkan luka lecet dan nyeri sebentar. Berikan es atau handuk
dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk membantu mengurangi bengkak.
Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih dan tekan selama 5 menit. Luka
robek di kepala sering berdarah banyak.
Masalah-masalah yang harus
diperhatikan 1-2 hari setelahnya:
Sakit kepala. Anak Anda dapat mengalami sakit kela. Berikan parasetamol tiap 4-6
jam jika diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
Muntah. Anak Anda dapat mengalami muntah sekali, namun jika muntah
berkelanjutan, bawalah ke dokter.
Mengantuk. Segera setelah trauma kepala Anak Anda mungkin merasa mengantuk.
Anda tidak perlu menjaganya agar tetap bangun bila ia ingin tidur. Jika anak
Anda tidur, bangunkan tiap ½-1 jam untuk memeriksa kondisinya dan reaksinya
pada hal-hal yang dikenalnya. Anda sebaiknya melakukan ini sampai ia tak lagi
mengantuk dan telah terjaga selama beberapa jam. Beberapa pertanyaan yang dapat
Anda ajukan:
- Apakah ia mengetahui namanya?
- Apakah ia mengetahui nama orang lain yang dikenalnya?
- Apakah ia mengetahui hari apa hari ini?
- Atau jika anak Anda masih kecil: apakah reaksinya tampak sesuai? Misalnya mengambil sebuah mainan. Apakah ia tampak interaktif dan tidak terlalu rewel?
Jika Anda
mengalami kesulitan membangunkan anak Anda, bawa anak ke gawat darurat terdekat
atau hubungi ambulans. Jika perilaku anak Anda sangat berbeda dengan perilaku
normalnya atau bila nyeri tidak hilang, pergilah ke dokter.
Follow up
Beberapa
masalah yang mungkin timbul akibat cedera kepala bisa sulit untuk dideteksi
pada awalnya. Pada beberapa minggu selanjutnya orang tua mungkin melihat
adanya:
- Rewel
- Mood yang berganti-ganti
- Kelelahan
- Masalah konsentrasi
- Perubahan perilaku
Bila
tanda-tanda tersebut mengkhawatirkan, maka konsultasikan masalah tersebut
kepada dokter
- 3. Konsultasikan kepada dokter atau kembali ke rumah sakit segera jika anak anda mengalami / memiliki :
- Perilaku yang tidak lazim
- Sakit kepala terus menerus atau beray yang tidak hilang dengan parasetamol (rewel pada bayi)
- Muntah berulang kali
- Keluar darah atau cairan dari telinga atau hidung.
- Kejang atau spasme pada wajah, lengan, atau kaki
- Sulit bangun
- Sulit untuk tetap terjaga
- Jika Anda merasa khawatir dengan sebab apapun
Komplikasi Cedera Kepala
- 1. Kejang pasca trauma.
Merupakan salah
satu komplikasi serius. Faktor risikonya adalah trauma penetrasi, hematom
(subdural, epidural, parenkim), fraktur depresi kranium, kontusio serebri, GCS
<10.
- 2. Demam dan menggigil
Demam dan
menggigil akan meningkatkan kebutuhan metabolisme dan memperburuk “outcome”.
Sering terjadi akibat kekurangan cairan, infeksi dan efek sentral.
- 3. Hidrosefalus
Gejala klinis
hidrosefalus ditandai dengan muntah, nyeri kepala, papil udema, dimensia, ataksia,
gangguan miksi.
- 4. Spastisitas
Spastisitas
adalah fungsi tonus yang meningkat tergantung pada kecepatan gerakan. Merupakan
gambaran lesi pada UMN.
- 5. Agitasi
Agitasi pasca
cedera kepala terjadi > 1/3 pasien pada stadium awal dalam bentuk delirium, agresi,
akatisia, disinhibisi, dan emosi labil.
- 6. Gangguan tingkah laku dan kognitif
Gangguan
kognitif dan tingkah laku atau emosi lebih menonjol dibanding gangguan fisik
setelah cedera kepala dalam jangka lama. Termasuk problem daya ingat, gangguan
mudah lelah (fatigue), gangguan kecepatan berpikir, sensitif dan iritabel,
gangguan konsentrasi dan dapat juga terjadi depresi.
- 7. Sindroma post kontusio
Sindroma
tersebut terdiri dari :
- Somatik : nyeri kepala, gangguan tidur, vertigo / dizzines, mual, mudah lelah, sensitif terhadap suara dan cahaya,
- Kognitif: perhatian, konsentrasi, memori,
- Afektif: iritabel, cemas, depresi, emosi labil.
Prognosis
Faktor-faktor
yang memperjelek kesembuhan cedera kepala:
- Terlambat penanganan awal/resusitasi.
- Pengangkutan/transport yang tidak adekuat
- Dikirim ke RS yang tidak adekuat
- Terlambat dilakukan tindakan bedah
- Disertai cedera multipel yang lain.
No comments:
Post a Comment