Asuhan Keperawatan Ibu Bersalin Kala
III
Definisi
Persalinan tahap III mulai kelahiran bayi dan diselesaikan dengan pelepasan
dan pengeluaran plasenta. Berakhir 1 sampai 30 menit, dengan rata-rata lama 3-4
menit nulipara dan 4-5 menit pada multipara, tahap ini palimh pendek.
Penatalaksanaan dan pemantauan yang cermat perlu, namun, untuk mencegah kasil
negatif jangka panjang dan jangka pendek.
I.
Pengkajian dasar data klien
a. Aktivitas /
Istiirahat
Perilaku dapat
direntang dari senang sampai keletihan.
b. Sirkulasi
Tekanan darah
meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ke tingkat normal dan
cepat. Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung.
c. Makanan /
Cairan
Kehilangan
darah normal kira-kira 250-300 ml
d. Nyeri /
Ketidaknyamanan
Dapat mengeluh
tremor kaki/ menggigil.
e. Keamanan
Inspeksi manual
pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan
episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
f. Seksualitas
Darah yang
berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometrium,
biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada
muara vagina. Uterus berubah dari diskoid menjadi bentuk globular dan
meninggikan abdomen.
II. Diagnosa
keperawatan
a. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
1. Tujuan dan
kriteria hasil: pasien terhindar dari resiko kekurangan volume cairan
setelah mendapatkan tindakan keperawatan selama tiga hari dengan kriteria hasil
tekanan darah dan nadi pasien normal (TD: 110/70- 119/79mmHg ; N:60-90x/menit),
mendemonstrasikan kontraksi adekuat dari uterus dengan kehilangan darah dalam
batas normal.
2. Intervensi :
a. Instruksikan
klien untuk mendorong pada kontraksi, bantu mengarahkan perhatiannya untuk
mengejan.
R : Mengejan
membantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan kehilangan darahm dan
meningkatkan kontraksi uterus.
b. Palpasi uterus
; perhatikan ”ballooning”.
R : Menunjukkan
relaksasi uterus dengan perdarahan ke dalam rongga uterus.
c. Pantau tanda
dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syock.
R : Hemoragi
dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml dapat
dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan TD, sianosis, disorientasi,
peka rangsangan, dan penurunan kesadaran.
d. Tempatkan bayi
di payudara klien bila ia merencanakanuntuk memberi ASI.
R : Penghisapan
merangsang pelepasan oksitoksin dari hipofisis posterior, meningkatkan
kontraksi miometrik dan menurunkan kehilangan darah.
e. Catat waktu dan
mekanisme pelepasan plasenta ; misalnya mekanisme Duncan versus mekanisme
Schulze.
R : Lebih
banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan lebih banyak waktu di
mana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.
f. Dapatkan dan
catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi uterus dan plasenta untuk
fragmen plasenta yang tertahan.
R : Jaringan
plasenta yang tertahan dapat menimbulkan infeksi pascapartum dan hemoragi
segera atau lambat.
g. Hindari menarik
tali pusat secara berkebihan.
R : Kekuatan
dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta,
meningkatkan kehilangan darah.
h. Berikan cairan
melalui rute parenteral.
R : Bila
kehilangan cairan berlebihan, penggantian secara parenteral membantu
memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital.
i. Berikan
oksitoksin melalui rute IM atau IV drip diencerkan dakam karutan elektrolit,
sesuai indikasi.
R : Meningkatkan
efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan pascapartum
setelah pengeluaran plasenta.
j. Bantu sesuai
kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di bawah anestesi umum dan
kondisi steril.
R : Intervensi
manual perlu untuk memudahkan pengeluaran placenta dan menghentikan hemoragi.
b. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
1. Tujuan dan
kriteria hasil
2. Intervensi
a. Bantu dengan
penggunaan teknik pernapasan selama perbaikkan pembedahan bila tepat.
R : Pernapasan
membantu mengalihkan perhatian langsung dari ketidaknyamanan, meningkatkan
relaksasi.
b. Berikan kompres
pada perineum setelah melahirkan .
R :
Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan memberikan kenyamanan
dan anastesi lokal.
c. Ganti pakaian
dan linen basah.
R :
Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan.
d. Berikan selimut
penghangat.
R : Kehangatan
meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan perfusi jaringan, menurunkan
kelelahan dan meningkatkan rasa nyaman.
c. Resiko tinggi
cedera maternal berhubungan dengan posisi selama melahirkan / pemindahan ,
kesulitan denganpelepasan plasenta, profil darah abnormal.
1. Tujuan dan
kriteria hasil
2. Intervensi
a. Palpasi fundus
dan masase dengan perlahan.
R : Memudahkan
pelepasan plasenta.
b. Masase fundus
dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta.
R : Mengurangi
rangsangan/ trauma berlebihan pada fundus.
c. Kaji irama
pernafasan dan pengembangan .
R : Pada
pelepasan plasenta, bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat masuk ke
sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru, atau perubahan cairan dapat
mengakibatkan mobilisasi emboli.
d. Bersihkan vulva
dan perineum dengan air dan larutan antiseptik steril ; berikan pembalut
perineal steril.
R :
Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
asenden selama periode pascapartum.
e. Kaji perilaku
klien, perhatikan perubahan SSP.
R : Peningkatan
tekanan intrakranial selama mendorong dan peningkatan curah jantung yang cepat
membuat klien dengan aneurisma serebral sebelumnya beresiko terhadap ruptur.
d. Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi (penambahan anggota
keluarga), krisis situasi (perubahan peran/ tanggung jawab).
1. Tujuan dan
kriteria hasil
2. Intervensi
a. Fasilitasi
interaksi antara klien/pasangan dan bayi baru lahir sesegera mungkin setelah
melahirkan.
R : Ibu dan
bayi mempunyai periode yang sangat sensitif pada waktu di mana kemampuan
interaksi ditingkatkan.
b. Berikan klien
dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran bila
kondisi bayi stabil.
R : Kontak
fisik dini membantu mengembangkan kedekatan.
c. Tunda penetesan
salep profilaksis mata(mengandung eritromisin atau tetrasiklin) sampai klien atau
pasangan dan bayi telah berinteraksi.
R :
Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orangtua dan secara aktif
berpartisipasi dalam interaksi, bebas dari penglihatan kabur yang disebabkan
oleh obat.
e. Kurang
pengetahuan/ kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang informasi dan atau
kesalahan interpretasi informasi.
1. Tujuan dan
kriteria hasil
2. Intervensi
a. Diskusikan /
tinjau ulang proses normal dari persalinan tahap III.
R : Memberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan/ memperjelas kesalahan konsep,
meningkatkan kerjasama dengan aturan.
b. Jelaskan alasan
untuk respons perilaku tertentu seperti menggigil dan tremor kaki.
R : Pemahaman
membantu klien menerima perubahan tersebut tanpa ansietas atau perhatian yang
tidak perlu.
c. Diskusikan
rutinitas periode pemulihan selama 4jam pertama setelah melahirkan.
R : Memberikan
kesempatan perawatan dan penenangan, meningkatkan kerjasama.
No comments:
Post a Comment