Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Limfoma Non Hodgkin (LNH)
A. BATASAN
Limfoma maligna
(LM) adalah proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya,
terutama menyerang kelenjar getah bening
B. KLASIFIKASI
1. Limfoma Hodgkin
(LH) : patologi khas LH, ada sel – sel Reed Stern berg dan/ atau sel hodgkin
2. Limfoma Non
Hodgkin (LNH) : patologi khas non hodgkin
C. ETIOLOGI
Etiologi belum
jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti virus,
bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya
D. PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS
Proliferasi
abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh
yang diserang dengan gejala yang bervariasi luas. Sering ada panas yang tak
jelas sebabnya, penurunan berat badan
Tumor dapat
mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening
(ekstra nodal). Gejalanya tergantung pada organ yang diserang, gejala sistemik
adalah panas, keringat malam, penurunan berat badan.
E. DIAGNOSTIK
Pemeriksaan
minimal :
Ø Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor
sistem limfoid, febris keringhat malam, penurunan berat badan, limfadenopati
dann hepatosplenomegali
Ø Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED,
hapusan darah, faal hepar, faal ginjal, LDH.
Pemeriksaan
Ideal
Ø
Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone – scan, CT –
scan, biopsi sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A,
B, E)
Ada 2 macam stage : Clinical stage
dan Pathological
stage
F. DIAGNOSA BANDING
1. Limfadenitis
Tuberculosa : Histopatologi, kultur, gejala klinik
2. Karsinoma
metastatik ada tumor primernya, jenis PA adalah karsinoma]
3. Leukemia,
mononukleus Infeksiosa : gambaran hematologik
G. PENATALAKSANAAN LIMFOMA HODGKIN
1. Therapy Medik
Ø Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS
type A dan B)
Ø Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B,
yherapi medik adalah therapy utama
Ø untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik
sebagai terapy anjuran
Ø obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis
tinggi intermittend dengan siklofosfamid
Dosis :
-
Permulaan 150 mg/m 2, maintenance 50 mg, m 2 tiap hari atau
-
1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu
Ø Obat kombinasi intermittend siklofosfamid
(Cyclofosfamid), vinkistrin (oncovin), prednison (COP)
Dosis :
C
: Cyclofosfamid
1000 mg/m 2 iv hari I
O :
Oncovin
1,4 mg/m 2 iv hari I
P
: Prednison
100 mg/m 2 po hari 1 – 5
Diulangi selang
3 minggu
Ø Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin),
procarbazine, prednison (MOPP)
2. Therapy Radiasi dan bedah
Ø Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan
Ø Sebaiknya melalui tim onkology (biasanya di RS
type A dan B)
LYMFOMA NON HODGKIN
1. Therapy Medik
Ø Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS
type A dan B)
Limfoma non
hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
¨ Tanpa keluhan :
tidak perlu therapy
¨ Bila ada keluhan
dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap hari atau
1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu.
Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH diatas
Limfona non
hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
¨ Untuk stadium I B,
IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy utama
¨ Untuk stadium I A,
IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal :
seperti therapy LH
Ideal : Obat
kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin, oncovin, prednison (CHOP)
dengan dosis :
C
: Cyclofosfamide
800 mg/m 2 iv hari I
H
: hydroxo – epirubicin 50 mg/ m 2
iv hari I
O
: Oncovin
1,4 mg/ m 2 iv hari I
P
: Prednison
60 mg/m 2 po hari ke 1 – 5
Perkiraan
selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu
Lymfoma non –
hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
¨ Stadium IA :
kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
¨ Untuk stadium lain
: kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
Minimal :
kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)
Ideal : diberi
Pro MACE – MOPP atau MACOP – B
2. Therapy radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology
bedah, selanjutnya melalui tim onkology ( di RS type A dan B)
H. KOMPLIKASI
Ø Tranfusi leukemik
Ø Superior vena cava syndrom
Ø Ileus
KRITERIA DIAGNOSIS LNH
Ø Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau
timbulnya massa tumor di tempat lain
Ø Riwayat demam yang tidak jelas
Ø Penurunan berat badan 10 % dalam waktu 6 bulan
Ø Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang
sesuai
Ø
Pemeriksaan histopatologis tumor, sesuai dengan LN
Ideal : jika klafisikasi menurut REAL, gradasi malignitas menurut International Working Formulation
Ideal : jika klafisikasi menurut REAL, gradasi malignitas menurut International Working Formulation
LANGKAH PENTAHAPAN (STAGING)
Ø Pemeriksaan Laboratorium lengkap, meliputi :
¨ Darah tepi lengkap
termasuk retikulosit dan LED
¨ Gula darah
¨ Fungsi hati
termasuk y – GT, albumin, dan LDH
¨ Fungsi ginjal
¨ Imunoglobulin
Ø Pemeriksaan biopsi kelenjar atau massa tumor
untuk mengetahui sub type LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FNAB) ditempat
lain yang dicurigai
Ø Aspirasi dan biopsi sunsum tulang
Ø Ct – Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui
adanya pembesaran kelenjar getah bening pada aorta abdomonal atau KGB lainnya
massa tumor abdomen dan metastases ke bagian intra abdominal
Ø Pencitraan thoraks (PA & lateral) untuk
mengatahui pembesaran kelenjar media stinum, b/p CT scan thoraks
Ø Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin
waldeyer terlibat dilanjutkan dengan tindakan gstroskopy
Ø Jika diperlukan pemeriksaamn bone scan atau
bone survey untuk melihat keterlibatan tulang
Ø Jika diperlukan biopsi hati ( terbimbing )
Ø Catat performance status
Ø Stadium berdasarkan Aun Amor
Ø Untuk ekstra nodal stadium berdasarkan kriteria
yang ada
THERAPY
Pilihan
Pengobatan
Ø Derajat keganasan rendah (DKR/Indolen) : pada
prinsipnya simptomatik
Ø Kemo therapy : obat tunggal atau ganda
(peroral), jika dianggap perlu (cychlopospamide, oncovin dan prednison)
Ø Radiotherapy : low dose TOI + involved field
radiotherapy atau involved field radiotherapy saja
Ø Derajat keganasan menengah (DKM)/Agresif Lymfoma
Ø Stadium I : kemotherapy (CHOP/CHV mp/BU) +
Radiotherapy
Ø Stadim II – IV : Kemotherapy parenteral
kombinasi, radio therapy berperan untuk tujuan paliasi
Ø Derajat kegansan tinggi (DKT)
DKT limfoblastik (LNH – Limfoblastik)
DKT limfoblastik (LNH – Limfoblastik)
Ø Selalu diberikan pengobatan seperti leukemia
lymfoblastik acut (LLA)
Ø Reevaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :
1. Setelah siklus
kemotherapy keempat
2. Setelah siklusn
pengobatan lengkap
PENYULIT
Ø Akibat langsung penyakitnya :
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa total
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa total
Ø Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasi sunsum tulang
b. Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
c. Gagal ginjal akibat sisplatinum
d. Kluenitis akibat obat vinkristin
e. dll
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Dasar
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
|
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
|
Tanda :
|
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan
tanda lain yang menunjukkan kelelahan
|
SIRKULASI
Gejala
|
Palpitasi, angina/nyeri dada
|
Tanda
|
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena
karena pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan
kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin
tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
|
INTEGRITAS EGO
Gejala
|
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan
kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas
pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan
mahal, takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan
menjadi orang yang tergantung pada keluarga.
|
Tanda
|
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
|
ELIMINASI
Gejala
|
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau
sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
|
Tanda
|
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi (hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada
palpasi (splenomegali)
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria
(obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang
spinal terjadi lebih lanjut)
|
MAKANAN/CAIRAN
Gejala
|
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan
sama dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan
tanpa upaya diet.
|
Tanda
|
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan
kanan (sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus
limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan
obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal
(non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan
dengan pembesaran nodus limfa intraabdominal)
|
NEUROSENSORI
gejala
|
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf
oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
|
Tanda
|
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum
terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal,
keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah
terhadap batng spinal)
|
NYERI/KENYAMANAN
Gejala
|
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena
misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi
vertebral), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelaah minum
alkohol.
|
Tanda
|
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
|
PERNAPASAN
Gejala
|
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
|
Tanda
|
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi
pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran
nodus pada saraf laringeal).
|
KEAMANAN
Gejala
|
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas
seluler pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis
atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada
pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir
sampai beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam,
keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
|
Tanda
|
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi
dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar
(nodus servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan,
kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat
digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
|
SEKSUALITAS
Gejala
|
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara
penyakit tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.
|
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala
|
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga
pasien Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
|
Pertimbangan
Rencana pemulangan
|
DRG menunjukkan rerata lama irawat 3,9 hari, dengan
intervensi bedah 10,1 hari.
Dapat memerlukan bantuan terapi medik/suplai, aktivitas
perawatan diri dan ataupekerjaan rumah/transportasi, belanja.
|
Pemeriksaan Diagnostik
Penyakit ini
ditahapkan sesuai dengan penampilan mikroskopik dari nodus limfe yang terkena
dan luas serta beratnya gangguan. Pentahapan yang akurat paling penting pada
pembagian program pengobatan dan prognosis selanjutnya.
Pemeriksaandarah
dapat bervariasi dari secara lengkap normal sampai abnormalis. Pada tahap I
sedikit pasien mengalami abnormalitas hasil pemeriksaan darah.
Hitung darah
lengkap :
SDP :
bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP
: Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin ditemukan.
Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
SDM dan Hb/Ht :
menurun.
Eritrosit :
Peneriksaan SDM
: dapat menunjukkan normositik ringan sampai sedang, anemia normokromik
(hiperplenisme).
LED : meningkat
selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit malignansi. Berguna
untuk mengawasi pasien pada perbaikan dan untuk mendeteksi bukti dini pada
berulangnya penyakit.
Kerapuhan
eritrosit osmotik : meningkat
Trombosit
: menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan oleh limfoma dan
oleh hipersplenisme)
Test Coomb :
reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil negatif biasanya
terjadi pada penyakit lanjut.
Besi serum dan
TIBC : menurun.
Alkalin
fosfatase serum : meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
Kalsium serum :
mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum
: meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan keterlibatan hati dan
ginjal.
BUN : mungkin
meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL (SGOT), klirens
kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan organ.
Hipergamaglobulinemia
umum : hipogama globulinemia dapat terjadi pada penyakit lanjut.
Foto dada :
dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat, nodulus atau
efusi pleural
Foto torak,
vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang nyeri tekan :
menentukan area yang terkena dan membantu dalam pentahapan.
Tomografi paru
secara keseluruhan atau skan CT dada : dilakukan bila adenopati hilus terjadi.
Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa mediatinum.
Skan CT
abdomenial : mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit nodus pada
abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada pemeriksaan
fisik.
Ultrasound
abdominal : mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa retroperitoneal.
Skan tulang :
dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
Skintigrafi
Galliium-67 : berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit nodul,
khususnya diatas diagfragma.
Biopsi sumsum
tulang : menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi sumsum tulang terlihat
pada tahap luas.
Biopsi nodus
limfa : membuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada adanya sel
Reed-Sternberg.
Mediastinoskopi
: mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus mediastinal.
Laparatomi
pentahapan : mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus retroperitoneal,
kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi adalah kontroversial
karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadang-kadang tidak biasa
dilakukan kecuali pasien mengalami manifestasi klinis penyakit tahap IV.
Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan pilihan untuk mengambil
spesimen.
2. Rencana
Keperawatan
PRIORITAS
KEPERAWATAN
1. Memberikan
dukungan fisik dan psikologi selama tes diagnostik dan program
pengobatan.
2. Mencegah
komplikasi
3. Menghilangkan
nyeri
4. Memberikan
informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan
TUJUAN
PEMULANGAN
1. Komplikasi
dicegah/menurun
2. Menerima
situasi dengan nyata.
3. Nyeri
hilang/terkontrol
4. Proses penyakit/prognosis,
kemungkinan komplikasi dan program pengobatan di pahami.
Diagnosa Keperawatan
|
Pola Pernapasan/Bersihkan Jalan Napas, Tak Efektif
Resiko Tinggi Terhadap
|
Faktor resiko meliputi
|
Obstruksi trakeobronkial, pembesaran nodus mediastinal
dan atau edema jalan jalan napas (hodgkin dan non-hodgkin), sindromvena kava
superior (non-hodgkin)
|
Kemungkinan dibuktikan oleh
|
(tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda dan gejala
membuat diagnosa aktual)
|
Hasil Yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi Pasien Akan
|
Mempertahankan Pola Pernapasan Normal/Efektif Bebas
Dispnea, Sianosis Atau Tanda Lain Distres Pernapasan
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
Kaji/awasi prekuensi pernapasan, kedalaman, irama.
Perhatikan laporan dispnea dan/atau penggunaan otot bantu pernapasan
cuping hidung, gangguan pengembangan dada
|
Perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot
aksesori) dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/ pengaruh
pernapasan yang membutuhkan upaya intervensi
|
Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, biasanya
dengan kepala tempt tidur yang tinggi atau duduk tegak kedepan (beban berat
pada tangan) kaki digantung
|
Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja
pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
|
Beri posisi dan bantu ubah posisi secara periodik
|
Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan
memobilisasikaan sekresi
|
Anjurkan/bantu dengan tehnik napas dalam dan/atau
pernapasan bibiratau pernapasan diagfragmatik abdomen bila diindikasikan
|
Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan
napas kecil, memberikan pasien beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu
menurunkan ansietas
|
Awasi/evaluasi warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya
sianosis (khususnya pada dasar kulit, daun telinga,dan bibir)
|
Proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas pembawa
oksigen darah, menimbulkan hipoksemia.
|
Kaji respon pernapasan terhadap aktivitas. Perhatikan
keluhan dispnea/lapar udara meningkatkan kelelahan. Jadwalkaan periode
istirahat antara aktivitas
|
Penurunan oksigen seluler menurunkan toleransi
aktivitas. Istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan mencegah kelelahandan
dispnea
|
Identifikasi/dorong tehnik penghematan energi mis :
periode istirahat sebelum dan setelah makan, gunakan mandi dengan kursi,
duduk sebelum perawatan
|
Membantu menurunkan kelelahan dan dispnea dan menyimpan
energi untuk regenerasi selulerdan fungsi pernapasan
|
Tingkatkan tirah baring dan berikan perawatan sesuai
indikasi selama eksaserbasi akut/panjang
|
Memburuknya keterlibatan pernapasan/ hipoksia dapat
mengindikasikan penghentian aktivitas untuk mencegah pengaruh pernapasan
lebih serius
|
Dorong ekspresi perasaan, terima kenyataan situasi dan
perasaan normal.
|
Ansietas meningkatkan kebutuhan oksigen dan hipoksemia
mempotensialkan distres pernapasan/gejala jantung yang meningkatkan ansietas
|
Berikan lingkungan tenang
|
Meningkatkan relaksasi, penyimpanan energi dan
menurunkan kebutuhan oksigen
|
Observasi distensi vena leher, sakit kepala, pusing,
edema periorbital/fasial, dispnea,dan stridor
|
Pasien non-Hodgkin pada resiko sindrom vena kava
superior dan obstruksi jalan napas, menunjukkan kedaruratan onkologis.
|
Kolaborasi
|
|
Berikan tambahan oksigen
|
Memaksimalkan ketersediaan untuk untuk kebutuhan
sirkulasi, membantu menurunkan hipoksemia
|
Awasi pemeriksaan laboratorium, mis : GDA, oksimetri
|
Mengukur keadekuatan fungsi pernapasan dan keefektifan
terapi
|
Bantu pengobatan pernaapasan/tambahan, mis : IPPB,
spirometri insentif.
|
Meningkatkan aerasi maksimal pada semua segmen paru
mencegah aetelektasis
|
Berikan analgesik dan tranquilizer sesuai indikasi
|
Menurunkan respon fisiologis terhadap nyeri/ansietas
menurunkan kebutuhan oksigen dan membatasi pengaruh terhadap
pernapasan.
|
Bantu intubasi dan ventilasi mekanik
|
Dapat diperlukan untuk dukungan fungsi pernapasan
sampai edema jalan napaas teratasi.
|
Siapkan untuk terapi radiasi darurat bila diindikasikan
|
Pengobatan pilihan untuk sindrom vena kava superior
|
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal : 14
Januari 2002; Pkl. 10.00 WIB
Ruang
: Penyakit Interna Laki I
Identitas Klien
Nama
|
: Tn. M
|
Tanggal MRS
|
: 7 Januari 2002
|
Umur
|
: 65 tahun
|
No. Register
|
: 10112709
|
Jenis Kelamin
|
:pria
|
Diangnosa
|
: LNH
|
Suku/Bangsa
|
: Jawa/indonesia
|
||
Agama
|
:Islam
|
||
Pekerjaan
|
:Tani
|
||
Pendidikan
|
: tidak sekolah
|
||
Alamat
|
: Jaban Sidoarjo
|
Alasan
Dirawat
: teraba massa dan pembengkakan pada leher
Keluhan
utama
: Tidak mengetahui regimen terapi
Keluhan
sebelumnya
: Pembengkakan pada leher
Upaya yang
telah dilakukan : Melakukan
pemeriksaan kesehatan ke RS Siti Hajar
Riwayat Keperawatan
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Klien
menyangkal adanya penyakit Hipertensi, DM, Astma, Alergi, Tumor dalam angota
keluarga sebelumnya. Klien pernah menderita penyakit demam/batuk pilek saja.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dan
keluarga mengatakan bahwa ia tidak tahu kapan diperkenankan untuk pulang dan
mengatakan tidak tahu apa yang diperlukan lagi di rumah sakit karena pembesaran
di leher telah berkurang. Klien mengatakan belum mendapatkan penjelasan tentang
penyakitnya. Klien hanya tahu bahwa ia perlu minum obat yang diberikan dan
mampu menyebutkan saat dan jumlah obat yang harus diminumnya. Dengan
kondisinya saat ini klien menjadi sering bertanya dengan keluarga untuk
memutuskan agar pulang saja wealaupun tidak bermaksud untuk pulang paksa.
Pertanyaan tentang kapan saatnya pulang telah muncul sekitar 3 hari yang lalu
setelah pembesaran pada leher berkurang.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dan
keluarga menyangkal adanya penyakit Hipertensi, DM, Astma, Alergi, Tumor dalam
angota keluarga sebelumnya. Penyakit yang penah diderita anggota keluarga
adalah batuk pilek
Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien dan
keluarga tinggal di daerah kampung yang telah agak ramai karena dekat dengan
kota Sidoarjo.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien tampak
memliki kebugaran cukup, Composmenis, Orientasi dan komunikasi baik
2. Tanda-tanda vital
TD
: 150/90 mmHg (lengan, berbaring), Nadi : 84 X/mnt (teratur, kuat),
Suhu :
36,5OC (axilar) Nafas : 16 X/mnt (normopnoe)
3. Sistem Pernafasan
Hidung
simetris, sesak tidak ditemukan, bentuk dada simeris, pergerakan dada simetris,
retraksi dada (-), nyeri dada pada perabaan (-), perkusi suara dominan sonor
dalam batas normal, auskultasi ditemukan suara nafas bronchovesikular dan
vesikular; wheezing (-) ronchii (-). Cyanosis ujung ekstremitas tidak
ditemukan.
4. Sistem Kardiovaskuler
Nyei dada
(-), pusing (-) sakit kepala (-) palpitasi (-) clubing finger (-); Suara
jantung normal (S1 S2) posisi suara katub jantung dalam
batas normal. Ekstremitas tidak terdapat Oedema
5. Sistem Persyarafan
GCS : 15;
Kepala dan wajah tidak ditemukan tanda trauma, perubahan bentuk abnormal.
Ketajaman Penglihatan baik; mampu melihat jari dengan jelas jarak 4 m. mampu
mencium bau-bauan, mampu mendengar dan merespon pembicaraan dalam suara
percakapan tanpa gangguan
6. Sistem Perkemihan
Klien kencing
4-5 X/hari, volume tidak diukur (sekitar 1000 cc/hari) warna kuning dan jernih,
keluhan saat miksi : tidak ditemukan.
7. Sistem Pencernaan
Mukosa mulut
lembab, gigi tanggal pada sebagian gigi, kemampuan mengunyah baik, tidak
ditemukan nyeri telan, tidak terdapat pembesalan kelenjar adenoid dan tonsil,
nyer abdomen tidak ditemukan, tidak terjadi diare/konstipasi. Klien BAB 1-2
X/hari. Konsistensi tidak terlalu keras atau cair. Klien tidak biasa
menggunakan obat pencahar. Pemeriksaan abdomen : simetris, rata, idak terdapat
masa, tidak terdapat nyeri tekan/pantul, pembesaran limfa/hati (-) bising usus
(+ kuat).
8. Sistem Muskuloskeletal
Leher terdapat
pembesaran pada daerah diatas muskulus trapezius kanan dan kiri, bergerombol
dan permukaan tidak rata, pergerakan terfiksasi. Luas daerah kanan 2X5 cm. Kiri
2X4 Cm.
Ekstremitas
tidak mengalami deformitas, tidak terdapat tofi, lesi, fraktur/krepitasi,
oedema.
Sosial
Klien saat ini
ditungui oleh keluarga dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang
disekitarnya, kllien mengatakan tidak merasa kesepian, tidak merasa terasing.
Menyataan tidak tahu kapan pulang, tidak tahu program pengobatan yang sedang
dilakukan, menyatakan tidak tahu penyakit yang diderita
Spiritual
Klien
memasrahkan kondisi sakitnuya pada tuhan (fatalistik) walaupun kurang
menjalankan ibadah formal (shalat)
Data Penunjang
Laboratorium
Tanggal 4
Januari 2001
Leukosit
|
3,8
|
< 10 X 103/Ul
|
Differensial
|
||
Eritrosit
|
5,50
|
>4,33 X 106/Ul
|
Eosinofil
|
1-2
|
|
Hemoglobin
|
13,3
|
13,4-17,7 g/dl
|
Basofil
|
0-1
|
|
Hematocrit
|
40,5
|
40-47 %
|
Stab
|
3-5
|
|
Trombosit
|
270
|
150-350 X 103/Ul
|
Segmen
|
54-62
|
|
BUN
|
30
|
9-18 mg/dl
|
Monosit
|
3-7
|
|
Asam Urat
|
6,7
|
2 – 6 mg/dl
|
|||
Creatinin
|
2,0
|
< 1,52 mg/dl
|
SGOT
|
30
|
< 37 U/l
|
Bil. total
|
0,98
|
< 1,00 mg/dl
|
SGPY
|
18
|
< 40 U/l
|
Bil direk
|
0,22
|
< 0,25 mg/dl
|
|||
Bil Indirek
|
0,76
|
< 0,75 mg/dl
|
Pemeriksaan patologi
Limphoma
Maligna, Poorly differentiated
Pemeriksaan Onkologi
Tgl 13 Januari
2002
Tidak terdapat
metastase pada limpa, hepar, ginjal
Radiologi
Thorak photo
tgl 12 Januari 2002 : Cor dan Paru d.b.n; sinus prenichus tajam.
ANALISA DATA
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS :
Menyataan tidak tahu kapan pulang, tidak tahu program
pengobatan yang sedang dilakukan, menyatakan tidak tahu penyakit yang
diderita
DO :
Pasien tenang, sering berjalan-jalan dan duduk di luar
ruang rawat
|
Kurang Informasi tentang : Regimen pengobatan yang
dilakukan
|
Kurang pengetahuan
|
PERENCANAAN
Diagnosis I :
Kurang
pengetahuan b.d kurang informasi tentang regimen pengobatan
DS :
Menyataan tidak
tahu kapan pulang, tidak tahu program pengobatan yang sedang dilakukan,
menyatakan tidak tahu penyakit yang diderita
DO :
Pasien tenang,
sering berjalan-jalan dan duduk di luar ruang rawat
Tujuan Umum :
Dengan
Perawatan selama 2 hari klien dapat memahami regimen terupetik yang sedang
dilakukan terhadap klien
Kriteria
Evaluasi :
-
Dapat menyebutkan kembali penyakit yang dialami
-
Menyebutkan kembali Prognosis penyakit
-
Menyebutkan kembali berbagai komplikasi yang mungkin timbul
-
Menyebutkan kembali regimen teraupetik yang saat ini dilaksanakan
-
Klien tenang dan kooperatif dalam pelayanan diagnostik maupun terapeutik
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit, prognosis,
komplikasi, dan regimen teraupetik
|
Pengkajian inisial sebagai dasar penerapana pendidikan
kesehatan
|
Kaji harapan klien saat ini dengan perawatan yang
dijalankan
|
Motivasi/pendidikan kesehata dapat ilakukan dengan
bertolak pada motivasi dasar klien
|
Terangkan aspek penyakit : jenis, prognosis, komplikasi
dan regimen teraupetik serta berbagai prosedur diagnostik selama pemeriksaan
|
Gambaran tentang aspek pengobatan mengurangi
ansietas dan meningkatkan perilaku kooperasi
|
Terangkan tujuan dan teknik setiap tindakan yang akan
dilakukan pada kien
|
Meningkatkan kooperasi dan mengurangi kecemasan
|
Fasilitasi klien untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan dan harapan selama perawatan
|
Katarsis mungkin diperlukan untuk menurunkan distress
dan evaluasi terhadap pendidikan kesehatan yang telah diberikan
|
PELAKSANAAN
Tanggal 14 Januari 2002
Dx
|
Jam
|
TINDAKAN
|
Paraf
|
1
|
11.00
|
Melakukan kontrak
Menanyakan pada klien :
-
Penyakit yang diderita
-
Prognosis
-
Pengobatan/pemeriksaan yang dijalani
Menerangkan pada klien bahwa klien
dalam masa pengobatan dan penentuan prognosis serta pengobatan
Menanyakan kembali pelayanan
kesehatan yang saat ini telah dilakukan terhadap klien
|
Evaluasi :
Klien menyatakan kalau boleh ia
ingin pulang karena sekarang hanya diberi obat yang diminum, sehingga untuk
pengobatan perikutnya ia dapat berangkat dari rumah ( melakukan berobat jalan).
Klien mengatakan besok anaknya tidak akan menungguinya lagi karena harus
berangkat kerja.
CATATAN
PERKEMBANGAN
Tanggal 15
Januari 2001
S
|
:
|
Menanyakan apakah boleh pulang bila pengobatan telah
selesai
|
Paraf
|
O
|
:
|
-
|
|
A
|
:
|
Masalah tetap
|
|
P
|
:
|
Terangkan Tahapan Pengobatan yang harus dilalui
Terangkan pelayanan kesehatan yang saat ini diterima
|
|
I
|
:
|
Pkl. 10.00 WIB
Menerangkan bahwa klien dalam masa antara pengobatan
Tahap I dan II.
Menerangkan pengobatan yang dijalankan harus diberikan
secara bertahap dalam jarak 3 minggu karena obat keras (citostatika)
Menjelaskan bahwa dalam masa 3 minggu ini klien
dievaluasi adanya efek samping obat Citostatika yang diberikan
Menjelaskan berbagai efek samping pada klien :
-
sistem integumen
-
sistem gastrointestinal
-
sistem kardiovaskuler
-
sistem perkemihan
-
sistem neurosensori
|
|
E
|
:
|
Klien mengatakan cukup paham dengan kondisi yang harus
dijalaninya. Klien mengatakan bahw ia merasa telinganya agak teganggu karena
semenjak pengobatan kadang ia merasa suaranya saat bicara keluar dari
telinganya.
Perubahan Dx : PK : Efek Merugikan Terapi
Antineoplastik
|
Tanggal 16
Januari 2001
S
|
:
|
Merasa suara keluar lewat telinga saat berbicara
Terjadi tidak selalu, kadang timbul kadang tidak
|
Paraf
|
O
|
:
|
-
|
|
A
|
:
|
PK : Efek Merugikan Terapi Antineoplastik
|
|
P
|
:
|
Menjelaskan berbagai efek samping pada klien :
-
sistem integumen
-
sistem gastrointestinal
-
sistem kardiovaskuler
-
sistem perkemihan
-
sistem neurosensori
Kaji berbagai kemungkinan adanya efek samping
Citostatika pada klien :
-
sistem integumen
-
sistem gastrointestinal
-
sistem kardiovaskuler
-
sistem perkemihan
-
sistem neurosensori
Anjurkan pada klien untuk melaporkan adanya
perubahan-perubahan yang mungkin timbul
Lakukan pengukuran tanda vital tiap 6 jam atau
seperlunya
|
|
I
|
:
|
Pukul 11.00 WIB
Menjelaskan berbagai efek samping pada klien :
-
sistem integumen
-
sistem gastrointestinal
-
sistem kardiovaskuler
-
sistem perkemihan
-
sistem neurosensori
Mengkaji berbagai kemungkinan adanya efek samping
Citostatika pada klien :
-
sistem integumen
-
sistem gastrointestinal
-
sistem kardiovaskuler
-
sistem perkemihan
-
sistem neurosensori
Menganjurkan pada klien untuk melaporkan adanya
perubahan-perubahan yang mungkin timbul
Lakukan pengukuran tanda vital tiap 6 jam atau
seperlunya
Melaporkan perubahan dan mencatat dalam Laporan pasien
|
|
E
|
:
|
Tidak ada perubahan vital yang mungkin berhubungan
dengan efek citostatika. Kemungkinan perubahan/efek ototoksik dievaluasi
lebih lanjut.
|
Tanggal 17
Januari 2001
S
|
:
|
Merasa suara keluar lewat telinga saat berbicara
Terjadi tidak selalu, kadang timbul kadang tidak
|
Paraf
|
O
|
:
|
-
|
|
A
|
:
|
PK : Efek Merugikan Terapi Antineoplastik
|
|
P
|
:
|
Kaji berbagai kemungkinan adanya efek samping
Citostatika pada klien :
-
sistem integumen
-
sistem gastrointestinal
-
sistem kardiovaskuler
-
sistem perkemihan
-
sistem neurosensori
Kaji perkembangan gangguan pendengaran yang terjadi
Lakukan pengukuran tanda vital tiap 6 jam atau
seperlunya
|
|
I
|
:
|
Pukul 09.00 WIB
Mengkaji berbagai kemungkinan adanya efek samping
Citostatika pada klien :
-
sistem integumen
-
sistem gastrointestinal
-
sistem kardiovaskuler
-
sistem perkemihan
-
sistem neurosensori
Mengkaji perkembangan gangguan penengaran yang terjadi
Lakukan pengukuran tanda vital tiap 6 jam atau
seperlunya
|
|
E
|
:
|
Tidak ada perubahan bermakna dari gangguan pendengaran
(subyektif menurut klien). Pemeriksaan lebih lanjut belum dilakukan
|
No comments:
Post a Comment